TEMPO Interaktif, Kupang - Sebanyak 12 anak usia sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) asal Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), diduga menjadi korban perdagangan manusia (trafficking) di Jakarta. Kini mereka ditampung di salah satu pesantren di Cibubur.
"Anak-anak yang diduga korban trafficking itu sementara ditampung di salah satu pesantren di Cibubur," kata Bupati Timor Tengah Selatan, Paul Mella, yang menghubungi Tempo di Kupang, Minggu (28/11).
Anak-anak itu, menurut dia, diberangkatkan dari Bandara El Tari Kupang sejak Kamis (25/11) malam menggunakan pesawat Batavia Air. Mereka dibawa oleh seorang wanita bernama Ibu Manu. Anak-anak itu dijanjikan akan disekolahkan di Jakarta hingga kuliah dan mendapatkan pekerjaan.
Setelah mendapat laporan adanya dugaan perdagangan orang tersebut, kata Mella, pihaknya langsung melakukan koordinasi dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Informasi yang diterima menyebutkan bahwa berdasarkan pengakuan anak-anak, mereka telah mendapat izin orang tua.
Ia menambahkan, Kepolisian Cengkareng sempat meminta keterangan dari anak-anak dan Manu. Namun, karena belum adanya pengaduan dari orang tua, mereka akhirnya dilepas. "Mereka sempat menjalani pemeriksaan, namun dilepas kembali," katanya.
Dia mengatakan, pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap anak-anak tersebut. Jika ada orang tua dari anak-anak yang mengadu dan meminta agar anaknya dipulangkan, maka pihaknya akan berkoordinasi dengan Polres Timor Tengah Selatan untuk memprosesnya. "Kebanyakan orang tua tidak memahami anaknya dibawa ke Jakarta untuk apa," katanya.
Sementara itu, Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal NTT, Paul Liyanto, meminta Pemerintah dan Kapolda NTT tanggap dan serius menuntaskan masalah ini termasuk jaringan trafficking. "Saya minta masalah ini diusut terus sebagai jaringan mafia trafficking," katanya.
12 anak yang diduga jadi korban trafficking tersebut, yakni Marthen Luther Nenoliu, Pace Lanu, Yane Lanu, Melianus Bahan, Risto Manu, Ratna Nabunome, Syamsudin Nenoliu, Urni Manu, Hadijah Manu, Ratna Nenohai, Gerson Manu, dan Arnoldus Bahan.
YOHANES SEO
Berita terkait
Penculikan Anak Mengintai, KPAID Imbau Perketat Pengawasan
9 Februari 2020
KPAID Kota Bogor meminta aparat penegak hukum memperketat pengawasan terhadap lingkungan dan fasilitas umum terkait penculikan anak.
Baca SelengkapnyaPsikolog: Jangan Salahkan Prostitusi via Facebook
24 Februari 2012
Seharusnya orang tua dan para guru yang perannya dipertanyakan.
Baca SelengkapnyaProstitusi di Jejaring Sosial Makin Marak
24 Februari 2012
Kalau polisi bersungguh-sungguh, pasti banyak yang bisa dibongkar.
Baca SelengkapnyaABG Penjual Perempuan di Facebook Dibekuk
24 Februari 2012
Apapun yang diminta pelanggan, dia akan cari.
Baca SelengkapnyaWanita di Depok Jual Bayi Kembar Rp 40 Juta
21 Februari 2012
Tersangka dan petugas yang menyamar telah menyepakati satu bayi seharga Rp 20 juta.
Baca SelengkapnyaNikah Siri Modus Baru Perdagangan Anak
16 Juni 2011
"Ia menikah terus untuk mendapatkan uang dari sponsor."
Baca SelengkapnyaJaringan Bisnis Gelandangan dan Pengamen Masih Marak
7 Maret 2011
Jaringan yang terorganisir diduga mengendalikan pendistribusian anak-anak dan remaja ke berbagai daerah di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaPolisi Selidiki Dugaan Perdagangan Anak Asal NTT
5 Desember 2010
Ketua Umum Komisi Nasional Hak Asasi Anak (Komnas Anak) Arist Merdeka Sirait mendesak polisi segera mengenakan pasal pidana kepada ikatan mahasiswa tersebut.
Baca SelengkapnyaTolak Pulangkan Korban Trafficking, Yayasan Dilaporkan Bupati ke Polisi
3 Desember 2010
Bupati Timor Tengah Selatan Paul Mella mengadukan Yayasan Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Timor (IPMAT) ke polisi karena menolak memulangkan 11 anak yang diduga korban trafficking.
Baca SelengkapnyaPolresta Kediri Selidiki Jaringan Perdagangan Anak
10 November 2010
Kelompok yang terorganisir mendatangkan anak dari berbagai daerah untuk dipekerjakan sebagai pengamen jalanan dan pengemis.
Baca Selengkapnya