Susno ditetapkan sebagai tersangka kasus suap PT Salmah Arowana Lestari dan masih ditahan di Markas Komando Brigadir Mobil Kelapa Dua, Depok. Di sisi lain, jenderal bintang tiga ini juga dinilai menjadi whistle blower dalam kasus mafia peradilan dengan menyebut para makelar kasus, termasuk rekan-rekannya di kepolisian.
“Kami melihat Susno merupakan korban kriminalisasi oleh kepolisian,” ujar Neta. Ia mengatakan peluang pencalonan Susno tergantung pada lembaga selain kepolisian, yakni Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Komisi Kepolisian Nasional.
Padahal, Susno adalah satu dari tiga jenderal bintang tiga yang mungkin menjadi calon Kapolri karena masih memiliki masa karier tiga tahun sebelum pensiun. “Dua jenderal bintang tiga yang lain adalah Nanan Sukarna dan Gories Mere,” kata Neta.
Nanan kini menjabat sebagai Inspektur Pengawasan Umum dan Gories Mere sebagai Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional. Neta melihat Nanan berpeluang besar menjadi Kapolri, namun ia melihat Goris tidak masuk bursa pemilihan.
“Di kepolisian cukup kuat diskriminasi kesukuan untuk jabatan Kapolri, Gories yang bukan dari Jawa atau Sunda sudah paham soal itu dan bertahan di BNN,” ujar Neta. Ia mengatakan bahwa hanya ada dua Kapolri yang bersuku di luar Jawa dan Sunda, yaitu Moch. Hasan asal Sumatera Selatan dan Awaluddin Djamin asal Sumatera Barat. “Itupun menjabat di masa peralihan Orde Lama ke Orde Baru,” katanya.
Alasan kesukuan ini juga memperkecil peluang Susno terpilih menjadi Kapolri. “Kalaupun Susno tidak berkasus, ia akan tersandung di masalah kesukuan,” ujar Neta.
PUTI NOVIYANDA