Kekerasan terhadap Perempuan di Mojokerto Meningkat
Senin, 21 Desember 2009 12:02 WIB
"Sementara tahun lalu hanya 62 kasus," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kabupaten Mojokerto, Ajun Komisaris Polisi Samsul Makali, Senin (21/12).
Berdasar catatan kepolisian, dari 109 kasus, 74 kasus kekerasan dialami perempuan dewasa. Sedangkan sisanya, 35 kasus dialami anak-anak. Adapun untuk tahun lalu, dari 62 kasus, 35 kasus kekerasan dialami perempuan dewasa, dan 27 kasus dialami anak-anak. Jenis kekerasan yang kerap dilaporkan di antaranya kasus pencabulan, pemerkosaan, persetubuhan, dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
Kasus pencabulan dan persetubuhan banyak dialami anak-anak. Sedangkan kasus kekerasan dalam rumah tangga dialami perempuan dewasa. Kekerasan terhadap perempuan dan anak, lanjut Samsul, sering dialami perempuan dan anak-anak di pelosok desa lantaran lemahnya pengetahuan dan pengawasan, serta rendahnya tingkat ekonomi membuat tindak kekerasan itu meningkat.
Hal itu dibenarkan Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Kabupaten Mojokerto, Sri Mulyani. Kasus lain yang juga menimpa perempuan dan anak adalah trafficking (perdagangan perempuan).
Tahun lalu, lanjut dia, di Kabupaten Mojokerto hanya muncul satu kasus. Tapi tahun polisi menggagalkan tiga kasus penjualan perempuan."Mereka hendak dijual ke Kalimantan," kata Sri.
Ia melanjutkan, modus kasus trafficking adalah iming-iming pekerjaan dan hidup layak. Korbanya perempuan-perempuan lugu yang hidup di desa. Mereka didekati, dijanjikan bekerja di kafe, restoran, dan pabrik, lalu diajak ke luar pulau atau luar negeri. Kenyataanya, pekerjaan yang dijanjikan tidak diberikan. Perempuan-perempuan itu justru mendapat perlakuan tidak baik, mereka dibelokkan ke rumah pelacuran.
Untuk menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak itu, polisi melalu Satuan Binamarga terus melakukan solsialisasi ke kampung-kampung. Namun, upaya itu belum maksimal."Kami tidak diam, kami sosialisasikan ancaman hukuman bagi pelaku kekerasan, tapi tetap tinggi," keluh dia.
MUHAMMAD TAUFIK