UML Dinilai "Menjual" Kawasan Leuser

Reporter

Editor

Rabu, 8 Oktober 2003 17:39 WIB

TEMPO Interaktif, Medan: Komisi II Dewan Pewakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Utara (Sumut) menilai Unit Manajemen Leuser (UML) -pengelola Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), telah "menjual" hutan di kawasan itu untuk mendapatkan dana dari luar negeri. Komisi II pun bermaksud menyurati Menteri Kehutanan untuk meninjau kembali Keputusan Presiden (Keppres) dan mengembalikan KEL kepada Kementrian Kehutanan. Hal ini terungkap dalam rapat dengar pendapat UML dengan Komisi II, Rabu (08/10). Viktor Simamora, Ketua Komisi II mengatakan UML harus bersedia keluar dari Sumut. "Komisi II sepakat, kawasan Leuser dijadikan komoditi Mr.X yang mendanai proyek Leuser itu," katanya. Bahkan, badan resmi pemerintah yang seharusnya mengelola KEL telah dilangkahi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang "bergelimang kemewahan", seperti UML. Selain itu, DPRD pun menyoroti masalah pendanaan UML dari Uni Eropa yang dinilai tidak sebanding dengan apa yang telah dilakukan. "Dana begitu banyak. Tapi apa yang telah dikerjakan UML, kita pun tidak tau," kata Viktor lagi. Merasa dipojokkan, UML melihat adanya unsur-unsur politis dibalik isu itu. Denny Purba, Manajer Komunikasi dan Publikasi UML menilai ada usaha mengkambinghitamkan UML atas berbagai tindakan illegal logging atau keterlibatan oknum pada kasus pencurian kayu dan penebangan hutan. Sementara, menurut Denny, tiap tahunnya UML menerima dana dari Bappenas yang merupakan Ketua Steering Committe Leuser, bukan langsung dari pihak asing. "Pendanaan UML berasal dari kerjasama pemerintah Indonesia dan Uni Eropa dengan kesepakatan Government to Government . Kami membuat perencanaan kegiatan selama setahun yang disahkan Bappenas. Dana yang kami terima pun disesuaikan dengan Dinas Kehutanan," kata Denny. Tidak mungkin UML mengerjakan apa yang seharusnya menjadi pekerjaan Dinas Kehutanan. Apalagi, keuangan UML selalu diaudit lembaga audit bertaraf internasional setiap tiga bulan. "Pada dasarnya, kita sebagai lembaga independen tidak ada masalah kalau dibubarkan," kata Denny. Tapi permasalahannya, katanya, terletak pada konsep pengelolaan KEL oleh UML yang bertujuan untuk melestarikan kawasan itu. "UML tidak punya wewenang menindak para perambah hutan. Tanggung jawab terjadinya kerusakan hutan, itu bukan pada UML saja," tegasnya. Sehingga, yang dikemukakan DPRD Sumut bukan merupakan hal yang signifikan untuk membuat keputusan membubarkan UML. Penilaian pun diberikan Hart Lamert Sulistyo, Kepala Badan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dari Dinas Kehutanan. Menurutnya, harus ada evaluasi terhadap posisi UML sebagai pengelola KEL. Seharusnya, posisi UML menjadi fasilitator yang memperkuat berbagai stakeholder di kawasan itu, bukan pelaku. "Tapi, UML belum bisa menjalankan fungsi itu. Sehingga pekerjaan terlihat berjalan sendiri-sendiri," kata Sulistyo. Walau demikian, bagi Sulistyo, badan independen tetap diperlukan untuk mengelola KEL. "Saya merasa TNGL belum mampu mengelola kawasan itu. Kita masih mmbutuhkan orang-orang yang mempunyai banyak jaringan dan independen," tegasnya. Dinda Jouhana - Tempo News Room

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

2 menit lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Ini 2 Skenario Timnas Indonesia U-23 Lolos ke Olimpiade Paris 2024

2 menit lalu

Ini 2 Skenario Timnas Indonesia U-23 Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Setelah kalah melawan Uzbekistan di semifinal, timnas Indonesia masih memiliki peluang untuk tampil di Olimpiade Paris 2024. Bagaimana skenarionya?

Baca Selengkapnya

PDIP Gugat KPU di Pileg Kalsel, Klaim 15.690 Suara Beralih ke PAN

2 menit lalu

PDIP Gugat KPU di Pileg Kalsel, Klaim 15.690 Suara Beralih ke PAN

PDIP menggugat KPU karena dinilai keliru dalam menghitung suara PAN di gelaran Pileg Kalsel.

Baca Selengkapnya

Kelakar Saldi Isra saat Pemohon Absen di Sidang Sengketa Pileg: Nanti Kita Nyanyi Lagu Gugur Bunga

3 menit lalu

Kelakar Saldi Isra saat Pemohon Absen di Sidang Sengketa Pileg: Nanti Kita Nyanyi Lagu Gugur Bunga

Hakim MK Saldi Isra berkelakar saat ada pemohon gugatan yang absen dalam sidang sengketa pileg hari ini.

Baca Selengkapnya

5 Cara Melihat Kapasitas RAM HP Android dengan Cepat

10 menit lalu

5 Cara Melihat Kapasitas RAM HP Android dengan Cepat

Pengguna ponsel bisa melihat kapasitas RAM secara mudah melalui menu pengaturan dan aplikasi pihak ketiga. Ini cara melihat kapasitas RAM.

Baca Selengkapnya

Cak Imin Serahkan 8 Agenda Perubahan PKB ke Prabowo, Pengamat: Gimik Hindari Dibilang Tak Konsisten

11 menit lalu

Cak Imin Serahkan 8 Agenda Perubahan PKB ke Prabowo, Pengamat: Gimik Hindari Dibilang Tak Konsisten

Cak Imin menyerahkan 8 agenda perubahan itu kepada Prabowo saat Ketua Umum Gerindra itu mengunjungi Kantor DPP PKB.

Baca Selengkapnya

Rencana Investasi Microsoft Senilai Rp 27,6 Triliun, Pengamat: Harus Jelas Pembuktiannya

13 menit lalu

Rencana Investasi Microsoft Senilai Rp 27,6 Triliun, Pengamat: Harus Jelas Pembuktiannya

Rencana investasi Microsoft itu diumumkan melalui agenda Microsoft Build: AI Day yang digelar di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Perjalanan Gugatan PDIP ke KPU di PTUN dan Prediksi Pakar

13 menit lalu

Perjalanan Gugatan PDIP ke KPU di PTUN dan Prediksi Pakar

Berikut perjalanan gugatan PDIP ke KPU di PTUN terkait pencalonan Gibran. Lantas, apa prediksi pakar terkait gugatan PDIP tersebut?

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

17 menit lalu

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

Komnas HAM menggunakan 127 indikator untuk mengukur pemenuhan kewajiban negara dalam pelaksanaan HAM.

Baca Selengkapnya

Blinken Sebut AS Tak Dukung Serangan Israel ke Rafah

19 menit lalu

Blinken Sebut AS Tak Dukung Serangan Israel ke Rafah

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia belum melihat rencana efektif dari pihak Israel untuk melindungi warga sipil sebelum operasi militer di Rafah.

Baca Selengkapnya