TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memastikan pesawat tak berawak, alias drone yang saat ini dimiliki pemerintah, dipakai untuk memantau pergerakan anggota ISIS di perbatasan Indonesia dan Filipina. Sekarang ini, Indonesia hanya memiliki drone dengan fungsi pengintaian dan pemetaan wilayah.
"Kita sudah punya banyak (drone), yang (memantau wilayah) jauh itu mungkin ada 10. Kita bisa patroli di Selat Sunda, Selat Bali, Malaka," ujar Ryamizard usai menyaksikan uji coba sejumlah drone buatan industri dalam negeri di kawasan Rumpin, Bogor, Kamis, 27 Juli 2017.
Baca: Ryamizard Ingin Drone Buatan Dalam Negeri Memperkuat Militer
Jumlah drone pengintai yang memiliki jarak kontrol maksimal mencapai 250 kilometer itu belum termasuk jenis unmanned aerial vehicle (UAV) yang berukuran mini. "Kemarin itu ada 30 lebih (drone kecil), jadi total 40 dengan yang kecil. Itu sudah agak kuno, (sudah ada) dari 4-5 tahun lalu, kan berkembang terus," ujar Ryamizard.
Drone yang dirancang dengan sistem kamera itu juga dikerahkan untuk mengatasi masalah lain di perbatasan, selain ISIS. Untuk itu, Ryamizard pun berencana menempatkan sistem pesawat udara tanpa awak tersebut di setiap kapal angkatan laut yang berpatroli.
"Di perbatasan, mau lihat mana itu tukang narkoba bawa-bawa narkoba, yang curi ikan, (untuk) penanganan bencana dan segala macam," tutur mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu.
Pada uji coba drone di kompleks Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Rumpin, dia pun membanggakan pesawat Rajawali 720 yang dikembangkan pihaknya bersama PT Bhineka Dwi Persada.
Baca juga: Ryamizard Ryacudu: Beli Drone Cina untuk Dibedah dan Dipelajari
Drone berkecepatan 135 km/jam itu memiliki radius jelajah 20-1000 km dan mampu menjangkau ketinggian 8000 meter. Rajawali 720 dirancang sebagai pengintai yang mampu mengirim laporan visual secara real time, melalui Ground Control Station (GCS).
Ryamizard optimistis drone produksi dalam negeri, termasuk Rajawali 720, bisa dikembangkan menjadi drone tempur. Fungsi pengintai pada alat tersebut pun diyakini akan meningkat setelah dilengkapi sarana yang lebih baik. "Ini nanti jadi drone tempur juga, dilengkapi dengan bom dan senjata, bisa intai siang dan malam. Itu kalau pakai satelit (jarak kontrolnya) bisa 500 km," ujarnya.
YOHANES PASKALIS PAE DALE