TEMPO.CO, Tegal - Melonjaknya harga garam dalam sebulan terakhir ini membuat industri ikan asin lesu. Sejumlah perajin ikan asin di Tegal, Jawa Tengah berhenti berproduksi lantaran tak memiliki modal.
Ketua Paguyuban Pengolah Ikan Asin cahaya Semesta Kota Tegal, Gunaryo, mengatakan, lebih dari 80 perajin yang menutup sementara usahanya. Dari 93 perajin yang menjadi anggota paguyuban tersebut, hanya ada lima orang yang aktif memproduksi ikan asin.
Baca: Harga Melonjak, Petani Garam Justru Kesulitan Modal
“Sudah pada tutup mas, hanya ada lima perajin yang aktif,” kata Gunaryo kepada Tempo, Rabu, 26 Juli 2017.
Dia mengungkapkan, kondisi ini sudah terjadi sebulan terakhir ini. Aktivitas di sentra industri ikan asin di Kelurahan Tegalsari, Kota Tegal tampak sepi. Gudang-gudang yang biasanya penuh dengan ikan asin, sepi aktivitas. "Berhenti produksi semua," ujar Gunaryo.
Ia menambahkan, pasokan ikan yang sedikit membuat harga jual ikan asin dari perajin ke pedagang juga meningkat tajam. "Harga naik semua. Kami biasanya memproduksi ikan jenis selar, layang, buntal, dan kapasan," tuturnya.
Gunaryo mengungkapkan, harga ikan asin jenis layang naik dua kali lipat dari biasanya, menjadi Rp 30 ribu per kilogram. Jenis ikan selar naik hingga dari Rp 8 ribu per kilogram menjadi Rp 25 ribu per kilogram.
Baca juga: Asosiasi Petani Garam Dorong Pemda Miliki BUMD Garam
Kondisi ini juga mengakibatkan ratusan buruh ikan asin menganggur. Gunaryo menjelaskan, jika satu perajin ikan asin mempekerjakan 10 buruh, maka saat ini ada lebih dari 800 orang menganggur. "Yang berhenti produksi ada lebih dari 80 perajin," ujarnya.
Surip, 55 tahun, perajin ikan yang ikut berhenti sementara, mengaku kebingungan saat anak buahnya mengeluhkan tidak memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Banyak yang datang ke rumah dan meminjam uang," ucapnya. Ia pun berharap pemerintah segera turun tangan untuk menyelesaikan persoalan kenaikan harga garam.
MUHAMMAD IRSYAM FAIZ