TEMPO.CO, Jakarta - Musik gamelan yang identik dengan orang-orang tua di Yogyakarta ditampilkan berbeda, terdengar lebih ngepop. Acara yang diberi nama Yogyakarta Gamelan Festival itu dibuka dengan permainan musik gamelan yang berpadu dengan musik elektronik. Penampilnya adalah Indonesia Space Science Society, yang melibatkan seniman pemburu unidentified flying object (UFO), Vincencius "Venzha" Christiawan.
Baca juga:
Malam ini, Dua Komposer Solo Duel Komposisi Gamelan
Selain itu ada permainan musik dari Direktur Program Yogyakarta Gamelan Festival, Ari Wulu. Kombinasi musik gamelan dan musik elektronik itu bernama Gamelan Signal to Outer Space. Ada empat anak muda yang menabuh gamelan. Mereka memainkan musik itu di halaman PKKH UGM.
Selain musik, ada dua layar yang menambilkan gelombang elektronik. "Kami apresiasi perkembangan gamelan. Dibikin lebih ngepop dan santai," kata Ari Wulu, Jumat malam di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Baca pula:
Aksi Seru Bule Bermain Gamelan di Yogyakarta
Acara bertajuk 22nd Yogyakarta Gamelan Festival 2017 digelar Komunitas Gayam 16, PKKH UGM dan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahun ini merupakan kali ke 22 acara itu digelar. Ini merupakan acara tahunan untuk pemain dan pecinta gamelan di seluruh dunia. Peserta dari Perancis dan Australia juga meramaikan acara itu.
Menariknya musik gamelan juga berpadu dengan hadroh komunitas Hadroh Maduseno, Bantul. Musik gamelan dimainkan bersama salawatan dan lagu-lagu Jawa di antaranya berjudul Padang Bulan.
Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) merupakan festival internasional mewadahi pertemuan pemain dan pecinta gamelan dari seluruh dunia setiap tahunnya. Yogyakarta Ganelan Festival lahir dari keresahan ketidakhadiran gamelan dalam kehidupan keseharian.
Penyebabnya, kata Ari Wilu adalah stigma negatif yang dilekatkan padanya. "Gamelan diidentikkan dengan “orang tua” dan hal-hal berbau mistis, sehingga anak muda enggan mempelajari dan memainkannya," kata dia.
Gamelan dianggap tak mengikuti tren kalangan muda layaknya musik modern sehingga perlahan mulai terkikis keberadaannya. Sapto Raharjo, maestro gamelan resah sehingga ia menggagas YGF. Pada 1995, pertama kali YGF digelar hingga dikenal setidaknya di 36 negara.
SHINTA MAHARANI