TEMPO.CO, Jakarta - Peringatan 62 Tahun Konferensi Asia Afrika menjadi ajang untuk menolak tindakan SARA. Selain Presiden Joko Widodo yang meminta agar bangsa Indonesia tak tergoda akan isu SARA, mantan Presiden Megawati juga menyatakan hal serupa.
"Berbagai negara Asia Afrika sekarang sedang menghadapi konflik. Ada akibat perebutan wilayah, ada juga yang akibat percikan isu SARA yang mengarah pada disintegrasi bangsa," ujar Megawati saat membacakan pidato Peringatan 62 Tahun Konferensi Asia Afrika di Istana Kepresidenan, Selasa, 18 April 2017.
Baca: Memperingati 62 Tahun KAA di Istana, Jokowi Singgung Isu SARA
Sebagaimana diketahui, berbagai isu SARA tengah terjadi di berbagai negara. Salah satunya terjadi di Indonesia atau lebih tepatnya di Jakarta menjelang putaran kedua Pilkada DKI Jakarta.
Menjelang putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, berbagai isu SARA digunakan untuk menarik suara atau dukungan terhadap kedua calon yang akan bertarung yaitu Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat serta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Salah satu bentuknya adalah peringatan terhadap pemilih pasangan Ahok-Djarot bahwa jenazah mereka tak akan disalatkan karena memilih pemimpin non muslim.
Megawati mengaku miris melihat banyaknya isu SARA akhir-akhir ini. Menurutnya, jika isu-isu SARA yang ada di negara-negara Asia Afrika saat ini tidak segera ditangani, sejarah perdamaian dan persaudaraan yang dibentuk lewat Dasasila Bandung (KAA Pertama) menjadi sia-sia.
Baca: Komnas HAM: Hindari Isu SARA dalam Pilkada DKI
Dia menuturkan, isu SARA bisa ditangani apabila negara-negara Asia Afrika bekerja sama. Lagipula, kata dia, tak ada alasan untuk takut bertindak bersama atau bertanggung jawab bersama atas penyelesaian isu SARA.
"Kita bertanggungjawab atas Dasasila Bandung yang dibentuk pada Abad 20. Jangan malah di Abad 21 kita berkontribusi terhadap kegagalan peradaban dunia," ujarnya. "Kita harus berani tegas, bersikap sekuat-kuatnya, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."
ISTMAN MP