TEMPO.CO, Surabaya - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Timur berencana memulai tahapan pemilihan gubernur (pilgub) provinsi setempat pada Agustus hingga Oktober 2017. Ketua KPU Jawa Timur Eko Sasmito mengatakan tahap pertama yang dijalankan adalah rekrutmen Panitia Pemungutan Kecamatan dan Panitia Pemungutan Suara.
“Untuk pelaksanaan tahapannya, kami menunggu jadwal dari KPU pusat,” kata Eko setelah meresmikan rumah pintar pemilu di KPU Kabupaten Ponorogo, Jumat, 31 Maret 2017.
Baca: Kandidat di Pilkada Jawa Timur, Ini Kata SBY dan Pakde Karwo
Menurut dia, selain tahap persiapan tersebut, pihak KPU Jawa Timur akan menyelenggarakan dan menyelesaikan pilgub yang berlangsung tahun depan. Dalam serangkaian kegiatan itu, alokasi anggarannya sebanyak Rp 817 miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Dalam pelaksanaan pilgub, jumlah pemilih yang diasumsikan KPU sebanyak 32 juta orang. Mereka di antaranya terdiri atas pemilih pemula, perempuan, dan disabilitas. Untuk meningkatkan partisipasi pemilih tersebut, didirikanlah rumah pintar pemilu di kantor KPU tiap kabupaten/kota.
Di Jawa Timur, Eko melanjutkan, rumah pintar pemilu di tiap kabupaten/kota dijadwalkan berdiri sejak Maret hingga April 2017. Untuk pembiayaannya, bersumber dari anggaran KPU. Namun ada juga beberapa daerah yang dibantu oleh pemerintah daerah.
Simak pula: Sebelum Diciduk Kasus Makar, Sekjen FUI Merasa Sudah Dibuntuti
Eko menjelaskan, keberadaan rumah pintar pemilu dimaksudkan untuk menambah wawasan warga tentang proses demokrasi tersebut. Karena itu, tersedia sejumlah alat peraga pencoblosan yang dikemas dalam beragam bentuk, seperti alat permainan ataupun miniatur tempat pemungutan suara.
Ketua KPU Ponorogo, Ikhwanudin Alfianto, mengatakan rumah pintar pemilu yang diusung mengangkat nilai lokal setempat. Adapun nama yang dipilih adalah “rumah pintar pemilu warok”. Di dalamnya terdapat media sosialisasi, seperti yang dikemas permainan ular tangga, dart games, dan dokumentasi pemilihan umum di Indonesia.
“Warga yang datang ke sini dapat mengetahui proses pemilu. Mereka juga bisa praktek menjadi petugas KPPS di ruang simulasi,” tuturnya.
NOFIKA DIAN NUGROHO