TEMPO.CO, Jakarta - Mantan teroris jaringan Cikampek, Agus Marshal kini menekuni dua profesi setelah sempat gonta-ganti pekerjaan. Ia sempat gagal menjadi peternak ayam. Mulai 1 Maret 2017, dia diangkat jadi mandor petugas kebersihan dan guru di Sekolah Idiologi Purwakarta.
Saat ditemui Tempo seusai mengajar di kelas pelajar SMP Sekolah Idiologi di Bale Janaka, komplek kantor Bupati Purwakarta, Jumat siang, 3 Maret 2017, Agus mengatakan tak ada masalah dengan dua pekerjaan barunya tersebut.
"Keduanya aku jalani dengan enjoy saja lah," ujar Agus sambil melepas senyum. Pada mulanya ia mengaku agak grogi mengajar soal idiologi buat anak-anak setingkat SMP tersebut. Maklum, di majelis taklim Marshal dulu, dia biasa mengajar jamaah berusia 30-40 tahunan.
Baca: Suhardi: BNPT Terapkan Multistrategi Hadapi Teroris
Tapi, akhirnya pria keturunan Betawi yang kini tinggal di Desa Cibening, Purwakarta itu, mengaku bisa cepat beradaptasi. Dan pelajaran yang kali pertama disampaikannya yakni soal prinsip hidup yang harus beridiologi.
Kepada anak-anak itu, imbuh Agus, harus ditegaskan bahwa peran orang tua terutama ibu itu sangat sentral. "Orang tua itu wakil dari Tuhan. Buktinya, tak ada orang sukses di dunia ini tanpa menghormati dan menyayangi kedua orang tuanya," ungkap Agus.
Ada pun ketika bekerja sebagai mandor tukang sapu di ruas jalan raya Sadang-Cibening, Agus juga mengaku tak ada masalah. "Semua pekerjaan kalau dilakukan dengan ikhlas ya mendatangkan keberkahan," ujarnya.
Setiap hari, Agus mengaku harus memandori kinerja 11 tukang sapu yang kini jadi anak buahnya. Dengan status sebagai pegawai harian lepas (PHL) Pemkab Purwakarta, ia dapat honor per bulan Rp 2 juta dan sekali ngajar di Sekolah Tehnolgi diberi honor Rp 500 ribu. Belum lagi jika memberikan kuliah di Institut Kebangsaan, ia diganjar honor Rp 1,5 juta sekali pertemuan.
"Alhamdulillah, rejeki dari Allah," pungkas Agus. Ia mengapresiasi upaya Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, atas jalan hidupnya pasca keluar dari penjara sebagai tahanan teroris.
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengaku senang, sebab upaya deradikalisasi yang dilakukannya terhadap mantan teroris rekan Yayat Sucahyat, terduga pelaku teror bom panci Taman Pandawa Kota Bandung itu, berjalan mulus.
"Hakikatnya, kalau kita melakukan pendekatan dengan hati dan keikhlasan, sehabat apa pun orang, insya Allah akan terenyuh hatinya untuk bisa berubah," ujar Dedi.
NANANG SUTISNA