TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejak tiga peserta pendidikan dasar The Great Camping XXXVII Mapala Unisi Universitas Islam Indonesia tewas, anggota-anggota lawas Mapala itu 'turun gunung'. Mereka mendatangi kampus UII Terpadu di Jalan Kaliurang, rumah duka (ruang jenazah) Rumah Sakit Bethesda, juga Sekretariat Mapala Unisi di Kampus UII Jalan Cik Dik Tiro Yogyakarta.
Beberapa senior tersebut melarang awak media mewawancarai pengurus Mapala Unisi saat ini. “Mumpung ada media. Untuk wawancara satu pintu melalui Humas UII. Kami tidak bisa memberikan pernyataan,” kata seorang anggota lawas Mapala Unisi yang mengaku bernama Boni saat bertemu Tempo di Bethesda, Yogyakarta, Selasa, 24 Januari 2017.
Boni terlihat sudah sepuh dengan rambut memutih yang ditutupi kopiah. Namun gerakannya masih gesit. Dia menghalangi Tempo saat akan mewawancarai sejumlah anggota muda mapala yang bergerombol di sudut ruangan.
Perlakuan yang sama juga diterima Tempo saat menyambangi sekretariat Mapala Unisi UII di pinggir Jalan Cik Dik Tiro. “Silakan menghubungi Humas UII. Kantornya di Kampus UII Terpadu Jalan Kaliurang Kilometer 14,5. Hati-hati ya perjalanan ke sana,” kata seorang anggota Mapala yang masih muda.
Seorang anggota senior yang mengaku bernama Bayu tampak mendampinginya. “Saya Pengurus Mapala UII Angkatan IV,” kata Bayu yang berbadan tinggi, tambun, dan usianya sekitar separuh baya.
Namun beberapa anggota lawas masih bersedia memberikan penjelasan. Seperti Budi Wibowo, Pengurus Mapala Unisi tahun 1979 yang juga alumni Teknik Sipil Angkatan 1978. Dia menjelaskan, meskipun sudah lulus kuliah dari UII, anggota mapala tidak disebut alumni.
“Tidak ada istilah alumni untuk mapala. Jadi anggota mapala seumur hidup,” kata Budi saat ditemui di Bethesda.
Tiga anggota Mapala UII tewas setelah mengikuti pendidikan dasar dan latihan bertajuk Great Camping di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, akhir pekan lalu. Baik korban maupun kampus mengakui ada unsur kekerasan senior.
PITO AGUSTIN RUDIANA