TEMPO.CO, Tasikmalaya - Dua siswa sekolah penerbangan PT Perkasa Flight School, Cilacap, M. Arif Rafidan, 20 tahun, dan M. Fadli Rafidan, 20 tahun, merupakan saudara kembar. Pesawat yang mereka tumpangi bersama seorang instruktur, Yoshafat Lintang Nitibaskara, jatuh di area persawahan di Desa Kujang, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis sore, 18 Agustus 2016, pukul 15.00 WIB.
Meski mengalami kecelakaan, kedua siswa dan instruktur pesawat selamat. Mereka hanya mengalami luka ringan.
Kamis malam, korban pesawat jatuh dibawa ke Puskesmas Karangnunggal. Ketiganya langsung diperiksa dokter puskesmas.
Seorang korban, Arif, menjelaskan, pesawat yang mereka tumpangi berjenis Piper Warrior PA 28. Mereka tengah melakukan latihan dengan rute Bandara Nusawiru-Area Cipatujah-Nusawiru. "Berangkat sekitar pukul 14.30 WIB," katanya saat ditemui di puskesmas, Kamis malam.
Saat kejadian, kata Arif, pesawat dikemudikan olehnya didampingi instruktur Yoshafat Lintang. Sang adik, Fadli, berada di kursi belakang. "Pesawat mengalami getaran hebat kemudian mesin mati," katanya.
Ketika mesin mati, kata Arif, Lintang mengambil alih kemudi. Dia berusaha menyalakan mesin pesawat, tapi tidak berhasil hingga kemudian pesawat jatuh. "Kami hanya bisa diam. Alhamdulilah kami masih diberi keselamatan," kata Arif.
Kepala Perkasa Flight School, Septo Adji Sudiro, mengatakan insiden itu terjadi ketika siswanya sedang berlatih. Ihwal penyebab jatuhnya pesawat, dia belum bisa menjelaskan sebelum ada pernyataan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). "Menunggu investigasi KNKT," katanya.
Kepala Bandara Nusawiru, Kabupaten Pangandaran, Hendra Gunawan, menjelaskan, pesawat yang jatuh merupakan pesawat latih. Pesawat berangkat dari Bandara Nusawiru pukul 14.30 WIB.
Instruktur dan dua siswanya hendak melakukan training area. "Lost contact jam 15.00 WIB," jelasnya.
CANDRA NUGRAHA