TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Koalisi Anti Mafia Narkoba, Usman Hamid, mengindikasikan adanya pelemahan dari internal, terkait upaya pemerintah dalam memberantas peredaran narkoba di Indonesia.
"Misalnya benar ada keterlibatan jenderal bintang dua, berarti pemerintah justru dilemahkan dari dalam," kata Usman saat diskusi di Jakarta pada Sabtu, 6 Agustus 2016.
Usman mengatakan pengakuan gembong narkoba Freddy Budiman melalui Koordinator KontraS, Harris Azhar terkait keterlibatan orang-orang di BNN, polisi, dan TNI bisa diselidiki. Jika terbukti, hal ini justru dapat melemahkan upaya Presiden Joko Widodo dalam memberantas mafia narkoba.
Pada 2012 lalu, Badan Narkotika Nasional menangkap Freddy saat mengirim 1,4 juta ekstasi ke Institusi Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI. Saat itu ditemukan keterlibatan Sersan Mayor Supriyadi. "Tidak mmungkin dia sendiri," ucap dia.
Menurut dia, pasti ada keterlibatan pejabat yang lebih tinggi ketimbang Supriyadi. Karena itu, dia percaya dengan penuturan Harris terkait pengakuan Freddy. Menurutnya, KontraS memiliki sejarah panjang dan tidak mungkin Harris asal fitnah institusi.
Karena itu, Usman berharap agar kepolisian menghentikan perkara kriminal yang menjerat Harris. Menurut dia, ini adalah satu di antara bantuan masyarakat untuk terlibat dalam pemberantasan narkoba. Harusnya kepolisian melibatkan masyarakat untuk menelusuri dan melaporkan adanya keterlibatan oknum di setiap lembaga negara.
"Harapan semua aktivis saat ini adalah pemerintah membentuk tim investigasi yang independen," ujar dia. Tim investigasi bisa dibentuk secara gabungan, baik dari lembaga penegak hukum hingga melibatkan lembaga legislatif. Upaya ini untuk menelusuri keterlibatan para jenderal dalam peredaran narkoba di Indonesia.
Sebelumnya, Mantan Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Purnawirawan Inspektur Jenderal Benny Mamoto menambahkan pihaknya mempertanyakan keterangan Freddy melalui Koordinator KontraS Harris Azhar pernah mengajak anggota BNN ke Cina. Karena dia mengaku tak pernah menugaskan penyidiknya berangkat ke Cina bersama Freddy. "Soalnya Freddy tak punya koneksi di sana," ucap dia.
Karena itu dia meragukan pernyataan Freddy tersebut. Harusnya, Harris membeberkan informasi itu minimal sepekan sebelum Freddy dieksekusi. Sehingga pihak BNN dan kepolisian bisa menyelidiki informasi itu. Termasuk dengan memeriksa keterangan Freddy.
Freddy ditangkap setelah terbukti mengimpor 1,4 juta butir ekstasi pada Mei 2012. Dia mengirimkan paket ekstasi asal Cina itu ke Institusi Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI. Ekstasi yang dikirim melalui jalur laut ini berasal dari pelabuhan Lianyungan, Shenzhen, China dengan tujuan Jakarta. Freddy mengatakan, dia mengeluarkan uang Rp 400 miliar untuk belanja ekstasi tersebut.
AVIT HIDAYAT