TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan jalan tol trans-Jawa tidak menjamin memperlancar arus mudik di tahun-tahun mendatang. Kuncinya bukan di pembangunan jalan tol itu seperti disebutkan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, tapi tingkat kepemilikan mobil yang semakin meningkat.
Baca: Mudik Macet Parah, Menteri Darmin: Kuncinya Tol Trans Jawa
Pendapat ini disampaikan peneliti di Laboratorium Transportasi Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Semarang, Jawa Tengah, Djoko Setijowarno. "Ini sudah terbukti meski secara total kepemilikan kendaraan di Indonesia terhadap jumlah penduduk masih lebih rendah dibanding negara lain," kata Djoko melalui pesan singkat, Kamis 7 Juli 2016.
Djoko menuturkan, problem kemacetan yang terjadi pada masa mudik lebaran dapat dibebankan pada Kementerian Perhubungan. Menurut dia, kemacetan parah yang terjadi adalah akumulasi kesalahan pengelolaan transportasi nasional dan lokal.
"Anggapannya, prasarana jalan disediakan, urusan macet pasti beres," katanya, "Namun justru yang terjadi sebaliknya."
Baca: Arus Mudik Kacau Lagi, IPW Tantang Pejabat Polri Giliran Mundur Tahun Ini
Adanya problem itu, dia menambahkan, juga menunjukkan penyediaan layanan transportasi yang humanis masih sekadar wacana. Terlebih lagi dengan belasan pemudik yang meninggal karena kelelahan mengalami macet hingga berjam-jam. "Kisah ironis pemudik ini mungkin hanya terjadi di Indonesia."
Pun dengan angka kasus kecelakaan yang menurun. Berdasarkan data Korps Lalu Lintas Polri, angka kecelakaan pada arus mudik 2015 sebesar 1.022 kasus. Pada 2016 turun menjadi 856. Penurunan itu dinilainya dipengaruhi kondisi macet dan laju kendaraan rendah.
"Wajar kecelakaan menurun, bukan faktor kesadaran tapi karena situasi," kata dia.
ARKHELAUS W