TEMPO.CO, Banyuwangi -Wabah flu burung yang kembali merebak awal tahun ini memukul peternak di Dusun Sumberrejo, satu di antara sentra pembibitan unggas di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Di lokasi ini sebanyak lebih dari 7000 ekor unggas, mayoritas jenis itik, telah mati mendadak sepanjang bulan ini.
Di antara populasi yang mati itu, sebanyak 520 itik dan 400-an ayam dan bebek adalah milik Nahroni. “Rabu kemarin 7 ekor itik saya mati lagi,” kata dia ketika dihubungi, Kamis 17 Maret 2016. (Baca: 14 Peneliti Unair Buru Sampel Virus Flu Burung 2016)
Nahroni mengungkap kerugian sekitar Rp 30 juta atas kematian massal dari unggas ternaknya tersebut. Sebab sebelum mati, unggas-unggas tersebut sebenarnya siap dipanen. Nahroni berencana menjual ke Pulau Bali. (Baca juga: Peternak Tak Dapat Ganti Rugi, Tapi Vaksin Gratis)
Untuk mengantisipasi penyebaran virus, dia menuturkan, seluruh unggas yang mati telah dibakar dan dikubur. “Unggas yang belum tertular sudah divaksin,” kata dia yang beternak unggas sejak 2014 ini.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Banyuwangi, Heru Santoso, menegaskan adanya larangan menjual atau memindahkan unggas dari Dusun Sumberrejo untuk menghambat penyebaran virus flu burung. Itu artinya tidak boleh ada jual beli untuk sementara. “Jangan sampai flu burung menyebar ke unggas desa atau daerah lain,” katanya.
Secara keseluruhan ada 30 peternak di Dusun Sumberrejo dengan populasi itik mencapai 9.005 ekor, ayam 1.550 ekor dan bebek 130 ekor. Unggas di desa tersebut biasanya diperjualbelikan ke Jember, Mojokerto dan Bali.
Namun dalam sebulan terakhir, unggas-unggas tersebut mati mendadak. Hasil pendataan Dinas Peternakan hingga Rabu kemarin, itik yang mati sebanyak 6.243 ekor, ayam 1.297 ekor dan bebek 100 ekor. Hasil test cepat, kematian unggas itu disebabkan oleh virus flu burung.
IKA NINGTYAS