TEMPO.CO, Jakarta -Banjir Kali Winongo Sabtu malam 12 Maret 2016, yang melanda sejumlah kampung di Yogyakarta seperti Jlagran, disebabkan air kiriman dari kali-kali di Kabupaten Sleman.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah DIY, meluapnya Winongo bukan karena banjir di hulu sungai Gunung Merapi. Sejumlah personel BPBD dan warga terus memantau dari sisi bantaran hingga jelang tengah malam ini di Kali Winongo.
Kendaraan BPBD juga ambulans masih disiagakan seperti di Jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan atau atas Jembatan Serangan. Lampu-lampu sorot dan CCTV terus diaktifkan untuk memantau kondisi sungai.
Banjir ini membuat sejumlah bangunan rusak parah. Setidaknya ada tiga rumah di bantaran sungai itu rusak parah, tepatnya yang berada di RT 1 RW 1, kampung Jlagran, Kelurahan Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen, Yogyakarta.
Rumah yang rusak meliputi satu rumah ambruk tertimpa talud sungai yang lebih dulu ambrol. Dua rumah hanyut sebagian pembatasnya karena tersapu aliran sungai yang sangat deras.
"Rumah yang tertimpa talud dan hancur, penghuninya sudah dievakuasi lebih dulu, jadi tak sampai makan korban, kebetulan memang ada dekat talud jadi langsung kena," ujar Ketua RT 1 RW 1 Kampung Jlagran, Sabariman, saat ditemui Tempo di sela pemantauan banjir yang mulai surut pukul 22.30 WIB itu.
Sedangkan dua rumah lain yang hanyut saat banjir terjadi pada puncaknya pukul 20.30 WIB, ketika itu penghuninya masih ada namun segera diungsikan ke mushola Jlagran. "Total ada 20 orang mengungsi di mushola," ujar Hartono, pengurus Mushola Jlagran.
Banjir Winongo kali ini tak diduga warga sama sekali. Sebab, Kota Yogya kebetulan tidak hujan sama sekali. "Semua sedang santai, nggak menduga air meluap cepat sekali," ujar Hartono.
Banjir Winongo terjadi sekitar pukul 18.30 dan mulai menyusut terus sejak pukul 22.00 WIB.
Kondisi serupa terjadi di kampung Serengan, Kelurahan Notorprajan, Kecamatan Ngampilan.
"Ada lima keluarga mengungsi karena air sampai ketinggian empat meter dari dasar, sudah melompati tangggul," ujar pemuda pengurus kampung Serengan, Dwi S.
Dwi menuturkan, banjir Winongo ini terparah sejak jelang erupsi Merapi 2010 lalu. "Sudah di atas water level, hanya sekarang lebih cepat surut," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO