TEMPO.CO, Surabaya - Banjir yang bertahan cukup lama hingga merendam ruas jalan arteri dan jalur kereta di satu sisi kolam lumpur raksasa Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, mengingatkan kembali dampak lain dari semburan lumpur.
Adalah tim peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya yang mengingatkannya kembali di sela-sela kajian yang mereka lakukan atas rencana pengeboran sumur baru oleh Lapindo Brantas di sisi lain kolam lumpur itu.
“Munculnya genangan merupakan satu tanda penting suatu kawasan mengalami penurunan atau tidak,” kata Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim ITS, Amien Widodo, Kamis, 18 Februari 2016.
Amien mengungkapkan, kondisi banjir saat ini mirip dengan yang terjadi pada 2010. Saat itu, dia menyebutkan, jalan dan rel kereta juga tidak bisa dilewati akibat banjir. Saat itu pula, tim ITS diminta Gubernur Jawa Timur untuk melakukan kajian kelayakan permukiman di luar tanggul lumpur Lapindo. "Sebab, area di luar tanggul mengalami penurunan tanah yang diikuti dengan semburan lumpur, gas, serta kerusakan infrastruktur dan aset."
Hasil kajian enam tahun lalu itu menunjukkan bahwa di Jalan Raya Porong sekitar Jalan Tol Buntung mengalami penurunan parah. Dampaknya, waktu dan kedalaman genangan yang tinggi. Tim kajian pun merekomendasikan pemerintah agar melakukan pemantauan penurunan tanah secara periodik. “Kami juga merekomendasikan pemindahan Jalan Raya Porong dan pemindahan jalur kereta api,” ujar Amien.
Pria yang juga terlibat dalam tim kajian kelayakan teknis tahun ini tersebut menambahkan, semburan lumpur Lapindo masih bersifat aktif. Artinya, proses dinamik di sekitar lumpur masih aktif pula. “Penurunan tanah adalah satu tanda kawasan tersebut masih aktif,” tuturnya.
Pihaknya menyarankan agar pemantauan dan evaluasi kawasan di luar tanggul segera dilakukan. Apalagi kerugian yang diderita akibat banjir tersebut tak sedikit. Diberitakan sebelumnya, PT Kereta Api Indonesia mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah per hari akibat jalur kereta api yang terendam banjir.
Belum lagi, banjir hingga lebih dari setengah meter itu juga membuat jalan provinsi Surabaya-Malang lumpuh. Akibatnya, kendaraan yang akan menuju Surabaya maupun Malang dialihkan ke jalur arteri Porong sejak seminggu lalu.
Baru mulai Kamis, 18 Februari 2016, PT Kereta Api Indonesia (KAI) memastikan jalur kereta api yang melintasi wilayah Porong sudah bisa dilewati. Setelah melalui proses evaluasi, sebanyak 32 perjalanan kereta api (30 KA penumpang dan 2 perjalanan KA barang) sudah dapat melintasi jalur Sidoarjo-Porong.
ARTIKA RACHMI FARMITA