TEMPO.CO, Malang - Rumah yang tertimpa pesawat latih tempur milik TNI Angkatan Udara jenis Super Tucano di Jalan LA Sucipto Gang 12 Nomor 8 RT 3 RW 5 Kelurahan Blimbing Kota Malang, Jawa Timur, diratakan dengan tanah. Namun si pemilik rumah, Mujianto, mengaku belum tahu tentang ganti rugi maupun rencana pembangunan kembali rumah itu.
Keterangan itu diungkap putra Mujianto, Farizki Jati Ananto, Kamis 11 Februari 2016. Dia mengatakan kalau keluarga masih bersedih dengan meninggalnya Erna Wahyunintyas, ibundanya, akibat dihunjam pesawat latih tersebut. "Belum ada pembicaraan, menunggu selamatan tujuh hari," kata Farizki yang mahasiswa Kedokteran di sebuah perguruan tinggi itu.
Keluarga besarnya, kata Farizki, akan bermusyawarah untuk menentukan apakah akan menjual lahan dan bangunan rumah itu ke TNI Angkatan Udara. Rumah selebar tujuh meter dan panjang 15 meter itu awalnya terdiri dari dua lantai. Sementara saat ini mereka menumpang di rumah tetangganya milik Suwoko.
Rumah Mujianto mengalami rusak terparah dalam kecelakaan pesawat latih Super Tucano yang terjadi Rabu 10 Februari 2015. Dua rumah tetangganya, Atik dan Wasir, juga rusak. Tembok kedua rumah itu jebol. Sedangkan rumah seorang warga lainnya, Sulaiman, yang berimpitan dengan rumah Mujianto tak mengalami kerusakan yang berarti. "Hanya satu kaca jendela pecah," kata Sulaiman, 71 tahun.
Sulaiman yang mengungkapkan bahwa sebelum eskavator menghancurkan rumah Mujianto, seorang petinggi TNI Angkatan Udara menyatakan seluruh kerusakan diganti. Perataan bangunan juga disebutkannya untuk memudahkan mengangkat badan pesawat.
Sebelumnya, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna menjelaskan rumah dan lahan bakal dibeli. Selanjutnya bakal dibangun monumen atau peringatan jatuhnya pesawat Super Tucano. Selain Erna, kecelakaan juga menyebabkan pilot dan juru mesin pesawat serta seorang warga lain tewas. "Kalau ganti rugi jelas sudah ketemu bapak dan anaknya diizinkan. Silakan hancurkan bangunan," katanya.
EKO WIDIANTO