TEMPO.CO, Blitar – Wakil Gubernur DKI Djarot Syaiful Hidayat mengungkapkan beberapa nasihat buat pasangannya Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok agar bisa menang pada Pemilihan Kepala Daerah DKI 2017 mendatang.
Djarot mengatakan selama bekerja mendampingi Ahok dirinya merasa nyaman. Meski memiliki latar belakang karakter sosial berbeda, Ahok lebih meledak-ledak dalam menyikapi sesuatu, Djarot menganggap Ahok tipe orang yang tak memperpanjang masalah. “Keras, tapi setelah itu selesai,” kata Djarot di Blitar, Jumat 29 Januari 2016. (Baca: Megawati dan Djarot Ziarah ke Makam Bung Karno)
Sebagai pasangan, Djarot mengaku kerap mengingatkan Ahok untuk tak gampang mengumbar kata-kata kasar. Sebab tak semua orang bisa menerima perlakuan seperti itu meski memiliki tujuan baik.
Tak hanya itu, bekas Wali Kota Blitar ini juga berulangkali meminta Ahok untuk mulai membuka komunikasi dengan partai politik. Sebagai kepala daerah, Ahok tak bisa bersikap apolitik dengan memutus hubungan dengan partai. Hal ini akan berdampak pada rusaknya hubungan pemerintah dengan legislatif yang merupakan representasi partai. “Akibatnya pemerintah kerap terganjal saat memutuskan sesuatu di parlemen,” katanya. (Baca juga: Cara Ahok Tetap Populer Menjelang Pemilu Gubernur 2017)
Namun demikian Djarot mengaku nyaman bekerja dengan Ahok. Bahkan menurut dia sosok Ahok yang keras saat ini sangat dibutuhkan untuk membenahi Jakarta. Perputaran uang di Ibu Kota yang sangat besar harus dikawal dengan kepemimpinan yang kuat agar tak bocor.
Disinggung soal perannya yang tak begitu terlihat dalam kepemimpinan Ahok, Djarot berdalih untuk mengimbangi karakter sang gubernur. Gaya Ahok yang ceplas-ceplos diimbangi dengan pendekatan kekeluargaan oleh Djarot yang tak dipublikasikan. Karena itu dia lebih banyak bekerja di dalam sistem dan membuat jajaran birokrasi solid. “Memimpin DKI tidak sama dengan Kota Blitar,” katanya saat dibandingkan ketika menjabat Wali Kota Blitar yang lincah. (Baca: Jokowi: Alhamdulillah, di Bawah Pak Ahok, Masjidnya Jadi)
Selain itu Djarot juga mengaku tak banyak bisa melakukan manuver karena terikat kontrak program kerja yang sudah ditetapkan Joko Widodo sebelum menjabat Presiden RI. Sehingga apa yang dia lakukan saat ini hanyalah menjalankan visi misi yang sudah ditetapkan agar tak keluar dari rel.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto juga tak sependapat jika Djarot dianggap kurang mewarnai kepemimpinan Propinsi DKI. Menurut dia, penilaian itu dilakukan pihak tertentu yang memiliki kepentingan lain. “Tergantung siapa yang menilai dan apa kepentingannya,” katanya.
BACA: Pilkada DKI Jakarta
HARI TRI WASONO