TEMPO.CO, Surabaya - Satu tahun tragedi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 diperingati dengan suasana duka di Markas Kepolisian Daerah Jawa Timur, Senin, 28 Desember 2015. Acara yang berlangsung secara tertutup itu dimulai tepat pukul 13.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB. Namun acara diperpanjang karena hujan turun dengan lebatnya.
Dari celah kaca terlihat suasana duka dengan lampu redup dan sedikit penerangan dari lilin menghiasi Ruang Mahameru Polda Jawa Timur. Keluarga korban dan perwakilan AirAsia menggenakan pakaian serbaputih.
Presiden Direktur AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko mengatakan peringatan setahun jatuhnya QZ8501 difokuskan untuk mengenang tragedi penerbangan yang menewaskan 155 penumpang dan tujuh kru sekaligus mendoakan agar arwah mereka tenang. “Kita tidak membahas kompensasi sama sekali,” kata Sunu.
Sunu berujar acara diisi dengan doa bersama dan sambutan beberapa keluarga korban. Mewakili AirAsia, Sunu mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu mengevakuasi korban dan menemukan bangkai pesawat. "Basarnas, Pemerintah Kota Surabaya, penyelam, dan pihak-pihak lain yang membantu kami."
Widya Sukarti Putri, isteri mendiang Kapten Pilot Irianto juga hadir dalam acara tersebut bersama anaknya. Namun ia lebih banyak diam. Kesedihan masih menggurat di wajahnya. Saat disapa Tempo, Widya hanya tersenyum.
Salah seorang keluarga korban, Dwiyanto, mengatakan peringatan tersebut menunjukkan bahwa AirAsia peduli dengan keluarga korban. Dwi mengucapkan terimakasih atas semua proses yang berjalan baik. “Semua sudah terpenuhi karena (urusannya) dipermudah oleh Pemerintah Kota Surabaya dan instansi terkait,” tuturnya.
Pada 28 Desember 2014 AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura hilang kontak setelah mengudara sekitar 40 menit. Pesawat dinyatakan jatuh di perairan sekitar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
SITI JIHAN SYAHFAUZIAH