TEMPO.CO, Surabaya - Calon inkumben untuk pemilihan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, menyatakan batik khas Surabaya akan menjadi ikon baru di kota itu. Dia mengungkap keyakinannya itu saat memperkenalkan corak atau motif Suro dan Boyo yang dikelilingi daun semanggi.
“Saya yakin corak gambar ikon Surabaya ini banyak dicari para wisatawan, baik di dalam maupun luar negeri,” kata Risma kepada wartawan usai peresmian kelompok W-Quin di bawah CV Kreatif Alam di daerah Jambangan, Surabaya, Selasa 17 November 2015.
Corak gambar ini, lanjut dia, yang membedakan antara batik khas Surabaya dengan daerah lainnya. Menurut dia, corak gambar itu sangat menarik dan kualitasnya pun tidak kalah dibandingkan batik asal daerah lain.
"Jadi, nanti diharapkan ada ungkapan ke Kota Surabaya belum lengkap tanpa beli batik khas Surabaya,” kata Risma.
Menurut Risma, satu hasil industri kreatif yang sangat membanggakan itu diharapkan mampu menjadi komoditas souvenir pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun ini. Namun dia mengingatkan agar komunitas dan seluruh warga Surabaya selalu berinovasi.
Ketua Kelompok W-Quin, Risnani Puji Astutik, mengatakan kelompoknya itu sudah dikembangkan sejak 2009. Anggotanya adalah ibu rumah tangga. “Termasuk ibu-ibu terdampak (penutupan lokalisasi Dolly) di Putat Jaya, sehingga kami memiliki banyak warga binaan," kata Risnani.
Risnani menjelaskan peran Risma ketika menjadi wali kota yang membantu mengembangkan hasil corak batiknya itu. Menurut dia, kelompoknya awalnya hanya membuat gambar bermotif bambu runcing namun dikritik Risma. "Dianggap tidak terlalu kaku, sehingga kami mengembangkan lagi dan menemukan motif bergambar Sura dan Boyo yang dikelilingi daun semanggi."
Saat ini, dia menambahkan, komunitasnya memiliki tiga jenis batik. Ketiganya adalah Batik Cap, Tulis dan Kain Jumputan. "Batik Surabaya sudah beredar di mana-mana hingga masuk ke Bontang," katanya.
MOHAMMAD SYARRAFAH