TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan tidak perlu ada evakuasi korban kabut asap sampai ke luar kota. "Mereka cukup dikasih tempat bagaimana mereka bisa lesehan di ruang yang sehat, segar," kata Khofifah di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 27 Oktober 2015.
Menurut Khofifah, evakuasi ini tidak perlu. Pasalnya, bencana ini berbeda dengan bencana lain. Sejauh pengamatannya, masyarakat yang merasa sesak napas, pusing, ataupun mual dapat diminta untuk lesehan di ruang yang sehat dan segar.
Namun tetap diperlukan tindakan antisipasi, misalnya, dengan menyiagakan tabung oksigen. Dan harus ada posisi dokter yang bersiaga. Jadi, kalau sudah diberi tabung oksigen tapi sampai 15 menit ternyata masih mual ataupun merasakan hal lain, pasien tersebut dapat dirujuk.
Dari hasil temuan di Palangkaraya, Khofifah menuturkan, pada rumah singgah, tidak ada yang menginap. Namun, pada rumah singgah tersebut, di Rimbawan, misalnya, dari 183 orang pada Sabtu lalu, hanya satu yang dirujuk. Hal ini berarti persentase yang perlu dirujuk kecil.
Menurut Khofifah, pemerintah tetap perlu menyiagakan kapal rumah sakit jika memang kebutuhan untuk layanan di rumah sakit tidak mencukupi. Pasalnya, ada perbedaan penanganan terhadap pasien antara di daerah yang terpapar asap dan tidak.
Layanan tentunya tidak bisa di lorong karena pasien juga akan terkena asap. Untuk itu, perlu disiapkan kapal rumah sakit agar bisa dirujuk ke kapal jika daya tampung rumah sakit penuh. "Untuk saat ini, kapalnya stand by di Banjarmasin," ucapnya.
Untuk rumah singgah, kata Khofifah, sudah disediakan fasilitas seperti penyejuk ruangan. Kementerian Sosial juga akan memberikan tujuh ribu air purifier. Alat ini akan dibagikan ke tujuh titik.
Diakui dia, memang ada perbedaan kebutuhan di tiap kota. Hal ini akan diatur Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan.
MAWARDAH NUR HANIFIYANI