TEMPO.CO , Bandung - Kepala Dinas Pertanian Jawa Barat Diden Trisnadi mengatakan sawah yang mengalami kekeringan terus meluas. ”Sekarang sudah 67 ribuan hektare yang terkena kekeringan. Kemudian yang mengalami puso sudah 7.000 hektare,” kata Diden di Bandung, Kamis, 6 Agustus 2015.
Diden mengatakan seluruh sawah yang kini kekeringan itu berpotensi mengalami gagal panen atau puso jika sampai November 2015 ini tidak kunjung mendapat air hujan. “Kami akan kehilangan hampir 9 persen dari target padi tahun ini kalau semuanya puso,” katanya.
Jawa Barat menargetkan tahun ini produksi padi menembus 12 juta gabah kering giling. “Mungkin hanya tercapai 11,6 juta gabah kering giling kalau semuanya yang 67 ribu hektare itu puso,” kata Diden. Sebenarnya target produksi padi Jawa Barat tidak akan terganggu jika sawah yang puso tidak bertambah.
Menurut Diden, sawah yang mengalami kekeringan di Jawa Barat makin meluas. Pada pertengahan Juli lalu, potensi sawah yang terancam kekeringan menembus 100 ribu hektare. “Sekarang sudah berkurang, bergeser menjadi kekeringan,” kata dia.
Sawah yang berpotensi kekeringan tersisa 78 ribu hektare. “Dulu 49 ribu hektare kekeringan itu pertengahan Juli 2015. Sekarang sudah 67 ribu hektare. Sebagian yang berpotensi itu bergeser menjadi kekeringan, sebagian sudah panen,” kata Diden.
Diden mengatakan sawah yang mengalami kekeringan tersebar di seluruh daerah di Jawa Barat. Namun sawah yang mengalami kekeringan paling banyak berada di wilayah Pantura. “Terutama di Indramayu. Hampir 16 ribu hektare kekeringan, dan sekitar seribuan hektare terkena puso itu,” katanya.
Rencana penggenangan Waduk Jatigede juga dikhawatirkan akan berimbas terhadap sawah di sepanjang Sungai Cimanuk, terutama di Indramayu, yang saat ini mengalami kekeringan paling parah. “Kalau itu ditutup sekarang, dibendung, kasihan di hilirnya. Di Indramayu masih ada sekitar 60 ribuan hektare tanaman sawah. Kalau distop sekarang, kami khawatirkan di sana menjadi puso,” kata Diden.