TEMPO.CO, Bandung - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhammad Sirajuddin Syamsuddin mengatakan, Jepang dan Korea saat ini agresif mengejar label halal untuk produk kuliner mereka. Jepang bahkan bertekad menjadi pusat halal dunia.
Din Syamsuddin mengatakan, ia pernah menghadiri Japan Halal Summit 2014. Acara yang diadakan pemerintah Jepang itu dihadiri sekitar 400 orang yang sebagian merupakan pengusaha restoran. "Tanpa tedeng aling-aling, mereka menyatakan ingin Jepang sebagai pusat halal dunia," ujarnya di acara peresmian Pusat Halal Salman ITB di Masjid Salman, Jumat, 3 Juli 2015.
Negara lain yang juga agresif mengejar label halal adalah Korea Selatan. Para pengusaha di negara itu berupaya serius meraih label produk halal. Bahkan mereka mengusulkan sebagai salah satu kota yang pantas disinggahi jamaah umroh dari Indonesia. "Halal itu jadi tren global, buat mereka halal itu makanan sehat," ujarnya
Di Indonesia, lembaga sertifikasi halal seperti LP POM MUI belum optimal. Pengajuan produk menumpuk. "Hasilnya pun ada yang meragukan," katanya. Di sisi lain, ada produsen yang mengganti bahan-bahan setelah mendapat sertifikasi halal. Pendirian Pusat Halal Salman ITB, ujar Din, diharapkan bisa menjadi mitra lembaga pemberi sertifikat halal.
Rektor ITB Kadarsah Suryadi mengatakan, negara lain seperti Thailand dan Belgia, telah punya lembaga sertifikasi halal. "Masyarakat dunia menghargai peran penting muslim," ujarnya. ITB akan mengerahkan tenaga dari enam sekolah dan fakultas untuk Pusat Halal Salman ITB. Peneliti untuk menjamin produk halal hasil pemeriksaan hingga pemberian sertifikat itu akan melibatkan Sekolah Farmasi, Teknologi Hayati, Kimia, Teknik Kimia, Sekolah Bisnis dan Manajemen, serta Teknik Informatika untuk penyebaran informasi produk halal.
ANWAR SISWADI