TEMPO.CO, Bangkalan -- Forum Ulama Bangkalan, Jawa Timur, mendeteksi gelagat mulai berkembangnya aliran radikal di tiga kecamatan.
Juru bicara Forum Ulama Bangkalan KH Hasani Zubair mengatakan aliran itu merupakan bagian dari paham Islam garis keras yang suka mengkafirkan sesama muslim. "Belum banyak pengikutnya, tapi ini berbahaya karena bisa jadi bibit bagi munculnya gerakan radikal," katanya, Jumat, 3 April 2015.
Karena benih-benihnya baru masuk, ulama belum bisa memastikan aliran ini akan masuk kelompok aliran keras yang mana. Namun, kata Hasani, modus dakwah yang mereka lakukan tidak melalui pengajian, melainkan melalui obrolan ringan di warung-warung kopi.
Kelompok ini, menurut Hasani, menyerang ajaran ahlus sunnah yang sudah mengakar dalam tradisi warga pedesaan dengan mengatakan bahwa tahlil dan maulid nabi itu bid'ah.
Hasani menjelaskan para penyebar ajaran radikal tersebut diduga adalah orang Madura di perantauan. Ajaran tersebut mereka dapat di luar daerah, kemudian dibawa dan mulai disebarkan ke masyarakat.
Ditanya soal kecamatan mana saja yang mulai ditemukan aliran radikal, Hasani menolak menyebutkan dengan alasan agar tidak menimbulkan keresahan di masyarakat. Yang pasti, dia melanjutkan, para kiai pesantren yang tergabung dalam Forum Ulama Bangkalan terus memantau aktivitas para penebar ajaran radikal tersebut. "Tiga kecamatan itu semuanya di wilayah Bangkalan utara," katanya.
Kepala Kepolisian Resor Bangkalan Ajun Komisaris Besar Sulistiyono meminta ulama tidak hanya berdakwah dari satu masjid ke masjid lain. Kata dia, sudah saatnya dunia pesantren menebar ajaran ahlus sunnah lewat Internet karena banyak ajaran radikali disebarkan lewat dunia maya. "Lewat Internet, kiai bisa menjadi penyeimbang referensi bagi ajaran radikal," kata dia.
MUSTHOFA BISRI