TEMPO.CO, Bojonegoro - Bengawan Solo dan Bengawan Jero di Kabupaten Lamongan dalam status siaga banjir. Ancaman banjir makin nyata karena Kali Lamong yang mengalir hingga Kabupaten Gresik rawan luber. Akhir pekan lalu, luapan Kali Lamong menenggelamkan Kecamatan Benjeng, Cerme, Menganti, dan Morowudi di Gresik.
Data Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro menyebutkan ketinggian air Bengawan Jero di Kecamatan Dukun, Gresik, mencapai 0,39 peilschaal dan di Lamongan 1,50 peilschaal.
Menurut Kepala Seksi Operasi Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air Bengawan Solo Muchtarom, ketinggian air di dua sungai itu berpotensi banjir. "Jika hujan turun di sisi hulu, kemungkinan besar bakal banjir. Kami berharap tidak turun hujan dulu," kata Muchtarom, Rabu, 11 Februari 2015.
Untuk mengantisipasi banjir, ujar dia, volume air sungai harus dikurangi dengan dipompa. Pembuangan air dengan dipompa dianggap lebih efektif sebagai upaya preventif. "Sebab, bila laut sedang pasang, air sungai tak bisa mengalir ke muara. Jadi, penanganannya makin sulit," tutur Muchtarom.
Idealnya, kata dia, penanganan banjir harus terintegrasi. Pemerintah Kabupaten Lamongan menambah jumlah pompa di Bengawan Jero dan bersama Pemerintah Kabupaten Gresik membangun tanggul di kiri-kanan badan Kali Lamong. "Selain itu, Kali Lamong juga perlu dikeruk," ujarnya.
Juru bicara Pemerintah Kabupaten Lamongan, Sugeng Widodo, menuturkan pihaknya telah menambah pompa air di sejumlah titik yang berpotensi banjir, antara lain Desa Padengan Poso, Kecamatan Pucuk.
Pompa air ini, kata Sugeng, mampu menyedot air 20 meter kubik per detik. Fungsi lain pompa ialah mengisi tandon yang bisa mengaliri 300 hektare sawah. "Ini pompa air ketiga yang kami miliki," ujarnya.
Dua pompa sebelumnya telah dipasang di Desa Kuro, Kecamatan Karangbinangun, berkapasitas 4.000 liter per detik serta di Desa Plangwot, Kecamatan Laren, berkapasitas 40.000 ribu liter per detik.
SUJATMIKO