TEMPO.CO, Yogyakarta - Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta siang ini mengeluarkan suara gemuruh selama lima menit. Suara dan getaran Merapi terdengar dan terasa hingga radius delapan kilometer dari puncak.
Hujan abu dan pasir turun di Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, dan sekitarnya. Juga di Desa Kepuharjo, Cangkringan, dan Balerante, Klaten. Penduduk sempat panik. "Suara gemuruh terjadi pukul 13.12 WIB hingga 13.17 WIB, juga terjadi hujan abu dan pasir," kata Lasiman Pecut, petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang, Kamis, 27 Maret 2014.
Baca Juga:
Sayangnya, puncak gunung itu tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Namun, dari keterangan Heri Suprapto, Kepala Desa Kepuharjo, hujan pasir dan abu turun di desanya. Warga desa yang sempat panik dan bersiap mengungsi akhirnya kembali ke rumah masing-masing setelah suara gemuruh itu mereda. "Kalau mau keluar juga hujan pasir dan abu," katanya.
Beberapa dusun yang terkena hujan pasir di antaranya Dusun Srunen, Kalitengah Lor, dan Kalitengah Kidul di Glagaharjo. Beberapa dusun di Kepuharjo dan Umbulharjo, Cangkringan, juga terkena. "Awalnya ada asap putih, lalu menjadi hitam, terus hujan pasir," ujar Heri.
Kepala Badan Geologi, Surono, menginformasikan bahwa pada Kamis, 27 Maret 2014, terjadi embusan asap yang diikuti semburan abu dan pasir Gunung Merapi. "Belum ada aktivitas lanjut, status masih normal," katanya.
Saat ini Surono telah menginstruksikan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi serta Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi untuk terus memantau aktivitas gunung itu dengan teliti. Pemantauan ini penting demi keselamatan dan ketenangan masyarakat di sekitar Merapi.
MUH SYAIFULLAH