TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Ray Marcello, menyatakan tidak bersedia mengungkapkan alasan negaranya mengirim pencari suaka asal Iran dan Afrika ke wilayah perairan Indonesia. Masalah imigran, kata dia, terkait dengan Australia mengintensifkan Operasi Sovereign Borders. "Ini untuk alasan keamanan operasional," kata Ray, melalui pesan singkatnya kepada Tempo, Selasa, 4 Februari 2014.
Seorang anggota TNI Angkatan Laut, Kopral Kepala Sukendi, mengatakan sekoci mewah itu dilengkapi sejumlah peralatan modern dan pendingin udara. Dia menduga kapal kecil itu terdampar pada 15 Januari lalu dan penumpangnya terpencar. Salah satu imigran mengaku tiga penumpang sekoci tewas di tengah hutan Cisarua.
Perahu berwarna oranye yang membawa sekitar 90 orang imigran gelap tersebut terdampar di karang dekat pantai Sukabumi. Kini sekoci bermerek Vanguard, yang diyakini untuk membawa para pencari suaka, ditempatkan di Pelabuhan Ratu.
Sukendi kaget saat melihat sekoci berukuran 8,5 meter x 3,2 meter, yang bisa menampung 90 orang dilengkapi dengan sabuk pengaman, pendingin udara, perlengkapan navigasi, pelampung, makanan dan minuman. Kecepatan mesin diesel kapal tersebut diperkirakan dapat mencapai 30 knot.
Cerita Sukendi menjadi semakin jelas setelah pencari suaka dari Iran mengunjungi sebuah rumah warga di Cisarua. Sepasang suami-istri menyatakan mereka menerima tamu tiga orang Iran yang kotor dan bingung pada 17 Januari 2014 lalu. Sukendi melihat kapal tersebut pada 15 Januari 2014. Mereka mengaku ada tiga imigran yang meninggal di hutan Cisarua.
TRI ARTINING PUTRI
Berita Terkait
Rumah Imigrasi Batam Dibantu Rp 500 Juta per Bulan
Imigrasi Akui Tak Mudah Berantas 'Pelabuhan Tikus'
Ratusan 'Pelabuhan Tikus' Beroperasi di Riau
Cegah Imigran Gelap, Menlu Tolak Polisi Australia