Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sultan Melepasliarkan Elang Jawa di Lereng Merapi

image-gnews
Elang jawa (Spizaetus bartelsi). ANTARA/Seno S.
Elang jawa (Spizaetus bartelsi). ANTARA/Seno S.
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta-Sultan Hamengku Buwono X menitipkan Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) yang ada di kawasan Gunung Merapi kepada masyarakat. Dengan cara itu, Sultan berharap Elang Jawa yang ada di kawasan Merapi tidak ditangkap untuk diperjualbelikan sehingga kelestarian satwa langka tersebut masih tetap terjaga.

“Elang Jawa di lereng Merapi ini tinggal lima ekor. Satu ekor lagi dilepas hari ini sehingga jumlahnya menjadi enam ekor. Saya berharap jangan ada yang ditangkap supaya bisa berkembang biak dan tidak punah,” kata Sultan sesaat sebelum melepasliarkan seekor Elang Jawa di Dusun Turgo, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, DIY, Selasa, 26 Februari 2013.

Pelepasliaran seekor Elang Jawa jantan berumur empat tahun ini dihadiri oleh Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementrian Kehutanan, Darori, Bupati Sleman Purnomo, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta Ammy Nurwaty, serta puluhan kader konservasi dari lingkungan masyarakat. Elang Jawa yang dilepas di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi ini telah menjalani masa rehabilitasi selama dua tahun di Wildlife Rescue Centre Jogja.

Menurut Sultan, penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan berikut satwa di dalamnya sangatlah penting. Karena itu, perlu kerja keras antara BKSDA dengan pemerintah provinsi untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

Tanpa penyadaran masyarakat, lanjut Sultan, pelepasliaran satwa ke alam bebas menjadi tidak berarti karena setelah dilepas ada kemungkinan ditangkap lagi oleh masyarakat. “Karena itu saya berharap masyarakat tidak menangkap satwa yang dilindungi oleh undang-undang. Saya berharap masyarakat bisa menjaga lingkungan di lereng Merapi ini berikut satwanya,” kata Sultan.

Untuk menjaga kelestarian lingkungan lereng Merapi, Sultan juga berharap ada gerakan penghijauan berupa tanaman buah-buahan. Tujuannya adalah untuk memberi cadangan pakan bagi satwa, khususnya kera ekor panjang, yang ada di lereng Merapi. “Dengan demikian tidak akan ada lagi kera yang turun ke bawah dan kemudian mengganggu tanaman milik warga. Mengapa kera-kera itu turun, karena di atas sana kemungkinan cadangan pangannya tidak ada, pasca letusan Merapi beberapa waktu lalu,” kata Sultan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Imbauan agara masyarakat tidak menangkap Elang Jawa juga disampaikan Dirjen PHKA, Darori. Menurutnya, jumlah Elang Jawa di pulau Jawa saat ini tinggal sekitar 200 ekor. Jumlah Elang Jawa yang hidup di alam makin berkurang karena perburuan dan keinginan segelintir orang untuk memeliharanya.

“Menurut Keppres No 4 tahun 1993, Elang Jawa adalah lambang Negara Indonesia. Alangkah kecewanya jika lambang Negara kita yang masih hidup di alam nantinya punah akibat perburuan,” kata Darori.

Elang Jawa yang dilepasliarkan di lereng Merapi ini merupakan serahan dari Khusnul Irawan, seorang mahasiswa asal Piyungan, Yogyakarta. Satwa itu diserahkan ke WRC Jogja untuk direhabilitasi. “Kebanggaaan luar biasa bagi saya melihat Elang Jawa yang dulu saya serahkan, hari ini dilepas ke alam bebas. Saya berharap acara hari ini akan memotivasi masyarakat untuk tidak lagi memelihara elang dan satwa langka lainnya,” kata Khusnul.

Setelah dilepas, Elang Jawa tersebut akan terus dipantau oleh sejumlah relawan dari Raptor Indonesia (RAIN) serta sejumlah aktivis lingkungan lainnya. Pemantauan selama dua minggu ini dimaksudkan untuk memastikan Elang Jawa yang dilepas tersebut tidak diganggu masyarakat dan bisa menyesuaikan dengan lingkungan barunya.

HERU C. NUGROHO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

4 hari lalu

Yogyakarta International Airport atau bandara YIA di Kulon Progo. Dok. Istimewa
Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.


Cerita dari Kampung Arab Kini

5 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

8 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

11 hari lalu

Raja Keraton Yogya Sri Sultan HB X saat melaunching Museum Kereta Keraton Yogyakarta yang kini berganti nama menjadi Kagungan Dalem Wahanarata Selasa (18/7). Dok.istimewa
Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.


Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

38 hari lalu

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X (kiri) dan  Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan usai pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY di Istana Negara, Jakarta, Senin 10 Oktober 2022. Presiden Joko Widodo melantik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan KGPAA Paku Alam X sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY masa jabatan 2022-2027 sesuai dengan Undang-Undang No. 13/2012 tentang Keistimewaan DIY. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.


60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

43 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

45 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

45 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

49 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

53 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.