TEMPO.CO, Jakarta - Kurikulum pendidikan 2013 dianggap mengabaikan anak-anak berkebutuhan khusus. Menurut Rektor Universitas Yogyakarta Rochmat Wahab, kurikulum tersebut tidak menyentuh sekolah luar biasa mulai jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
"Padahal yang justru harus diperhatikan juga adalah anak-anak berkebutuhan khusus," kata Rochmat ketika rapat dengar pendapat bersama Panitia Kerja Kurikulum DPR, Senin, 28 Januari 2013. Ia menuturkan, anak normal bisa lebih mudah mengakses pendidikan dan pelajaran, sementara anak berkebutuhan khusus lebih sulit.
Rochmat menambahkan, anak-anak berkebutuhan khusus mempunyai sistem pendidikan berbeda. Mereka juga mempunyai metode yang berbeda, baik dengan sekolah biasa atau sekolah inklusif. Kadang, kata Rochmat, anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan di rumah atau home schooling.
"Nah, bagaimana kurikulum pendidikan untuk home schooling? Ini juga belum dibahas," ucap Rochmat. Ia juga menyarankan diperlukannya guru-guru yang berkeliling dari rumah ke rumah, atau dari rumah sakit ke rumah sakit untuk anak-anak yang tidak bisa belajar di sekolah biasa.
Anggota Panitia Kerja Kurikulum dari Fraksi Keadilan Sejahtera, Rohmani, juga menyayangkan tidak ada sistem yang baru untuk sekolah luar biasa. "SLB harusnya dibuat bersama-sama. Apalagi mereka juga ada perjenjangan," kata Rohmani.
Karena belum menyentuh pendidikan keseluruhan, Rohmani merasa bahwa pelaksanaan kurikulum ini hendaknya ditunda selama satu tahun. Dalam waktu satu tahun, Rohmani meminta pemerintah untuk mempersiapkan konsep yang lebih matang. "Konsep yang sekarang saja masih belum dikatakan sempurna, masih ada perubahan-perubahan," tutur anggota Komisi Pendidikan DPR ini.
Kurikulum baru akan mulai diperlakukan pada tahun ajaran baru 2013/2014, Juni mendatang, secara berjenjang. Untuk tahun ajaran 2013/2014, kurikulum berlaku untuk kelas I, IV, VII, dan X. Beberapa mata pelajaran dilebur dengan yang lain, dibuat lebih terintegrasi dan holistik.
Mata pelajaran SD yang semula 10 menjadi enam, sedangkan SMP dari 12 menjadi 10. Pelajar SMA dibebaskan memilih pelajaran yang disukai. Metode pengajaran dibuat untuk merangsang keaktifan siswa. Diharapkan, kurikulum pendidikan baru ini dapat menjawab tantangan zaman. Simak informasi mengenai kurikulum 2013 di sini.
SUNDARI