TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan kompak mengaku tak gentar atas hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) soal keuntungan popularitas yang didapat Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto setelah Joko Widodo terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta. Partai berlambang banteng itu tetap optimistis karena Jokowi merupakan kader PDI Perjuangan yang sebelumnya telah dua kali dimenangkan sebagai Wali Kota Solo.
"Kami tidak khawatir dengan hasil survei tersebut, toh masyarakat Jakarta juga tahu siapa dan dari partai mana Jokowi," kata Ketua Dewan Perwakilan Pusat PDI Perjuangan, Maruarar Sirait, saat dihubungi Tempo, Ahad, 23 September 2012.
Dalam temuan survei pra pilkada dan exit poll SMRC disebutkan bahwa pilkada DKI Jakarta lebih banyak menguntungkan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto ketimbang Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri. CEO SMRC Grace Natalie mengatakan, berdasarkan survei terhadap 800 pemilih pada Pilkada DKI Jakarta lalu, Prabowo mendapatkan dukungan sebanyak 19,1 persen suara sementara Megawati hanya mendapatkan dukungan 10,1 persen.
Menurut Maruarar, sejak awal partainya mengajukan Jokowi sebagai calon gubernur DKI Jakarta, Megawati tidak berniat mempolitisasi demi kepentingan pribadi. "Ibu Mega tidak berniat mengambil keuntungan untuk kepentingan pribadi. Ibu Mega sudah populer," ujarnya.
Adapun, politisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari menilai survei yang dilakukan SMRC terlalu gegabah. "Terlalu dini untuk mengukur pemilihan presiden dan mengkaitkan pilkada sebagai barometer pemilihan presiden," ujar Eva. Menurut dia, lembaga yang menerima order sebagai konsultan, hasilnya akan sesuai order.
Eva membantah hasil survei SMRC valid terkait popularitas Megawati. Ia mengatakan survey lainnya mengatakan Megawati masih populer. "Satu survei jangan disimpulkan secara permanen. Politik itu dinamis mengikuti opini publik," ujarnya. Ia menambahkan, survei sebuah lembaga bahkan bisa berubah pada waktu yang berbeda.
Mengaku tidak khawatir, baik Maruarar maupun Eva menolak berkomentar terkait strategi jelang 2014 mendatang. Mereka sama-sama mengaku belum fokus pada pemilihan presiden 2014. "PDIP masih fokus pada persiapan pilkada untuk menemukan Jokowi-Jokowi lain di Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan beberapa tempat lainnya," ujar Maruarar.
Sebelumnya, Pengamat Militer Said Salim mengatakan, hasil survei ini bisa dijadikan pembelajaran bagi PDI Perjuangan. Menurut dia, sudah saatnya PDI Perjuangan memunculkan tokoh baru selain Megawati. "PDI Perjuangan besar tapi tokohnya tidak besar. Ini menjadi pekerjaan untuk PDI Perjuangan untuk mencari tokoh alternatif. Mega sudah tidak laku lagi untuk dijual," katanya.
AYU PRIMA SANDI