TEMPO.CO, Semarang - Kartunis nasional akan gelar pertemuan di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada akhir bulan, tepatnya pada Sabtu hingga Minggu, 26-27 Agustus 2017. Pertemuan para seniman yang beraliran karikatur bertema Borobudur Cartoonists Forum itu akan membahas sejumlah agenda yang terkait erat dengan dunia kartunis .
“Selain pertemuan yang dekmas dengan diskusi juga kami pamerkan karya. Tempatnya di Hotel Pondok Tingal, Borobudur,” kata panitia pelaksana Borobudur Cartoonists Forum, di Semarang, Yehana SR, Senin 21 Agutus 2017.
Baca Juga:
Baca juga:
Cartoon Contest 2017 Diikuti Ratusan Kartunis Berbagai Negara
Menurut Yehana, dalam pertemuan itu juga diagendakan kunjungan budaya ke Balkondes, Desa Wisata, Candirejo. “Sedangkan acara puncaknya aksi budaya, semua kartunis merespon relief atau obyek yang ada di sekitar Candi Borobudur dalam bentuk sketsa atau gambar dengan sentuhan kartunal,” kata Yehana, menjelaskan.
Borobudur Cartoonists Forum diprakarsai Semarang Cartoons Club (Secac) dan Kelompok Kartunis Kaliwungu (Kokkang) yang selama ini sering bekerjasama menyelenggarakan berbagai event kartun internasional. Di antaranya Candalaga Mancanegara International Cartoon Festival 1987-88 dan Astra Motor International Cartoon Contest 2017.
Yehana yakin pertemuan para kartunis itu bakal meriah karena acara tersebut juga didukung oleh Pakarti (Persatuan Kartunis Indonesia), Pakyo (Paguyuban Kartunis Yogyakarta), Pakarso (Paguyuban Kartunis Solo), Perkara (Persatuan Kartunis Rawamangun), Kartans (Kartunis Tandang Semarang), Terkatung (Terminal Kartunis Ungaran) dan Republik Aeng-aeng.
Sedangkan peserta dari berbagai daerah lain secara nasional dari Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Bandung, Jakarta, Bali, Medan, Makassar dengan sejumlah tokoh kartunis nasional seperti Pramono R Pramoedjo, GM Sudarta, Dwi Koendoro, FX Subroto, Herry Wibowo,Jitet Koestana.
Salah satu kartunis gaek asal Kendal dan pendiri dan Kelompok Kartunis Kaliwungu (Kokkang), Darminto M Sudarmo menyatakan Borobudur Cartoonist Forum sengaja digelar sebagai estafet melanjutkan tradisi Temu Kartunis Nasional I yang pernah diadakan pada 1985 di Semarang.
“Kartunis di Indonesia berjumlah ratusan orang, mereka memiliki kompetensi unik,” kata Darminto.
Ia menjelaskan secara umum kartunis mampu mengeliminasi sebuah fakta yang ruwet dan kacau-balau menjadi sesuatu yang sederhana dan mudah dipahami, terutama lewat coretan gambarnya yang sangat ringkas dan efisien.
“Lewat satu bingkai lukisan namun dapat mengungkap suatu cerita secara jenaka, lengkap, dan paripurna. Potensi ini tidak boleh disia-siakan di situasi seperti saat ini dan di masa depan,” kata Darminto menjelaskan.
Darminto tak memungkiri pertemuan kartunis Naisonal itu akan bergulirnya menjadi tahunan menantang kompetensi para kartunis seluruh Indonesia untuk mengkritisi dan mencandai, sekaligus memberikan sumbang saran kepada para pemangku kepentingan bidang kepariwisataan dan budaya secara umum. “Sehingga bukan tak mungkin besok diselenggarakan Borobudur International Cartoonists Forum, dan Borobudur International Cartoon Contest and Exhibition,” katanya.
EDI FAISOL