TEMPO.CO, Jakarta -- Kerjasama pengembangan pesawat tempur KFX/IFX yang dilakukan antara Indonesia dan Korea Selatan hingga kini telah mencapai 14 persen dari total pengerjaan alat utama sistem pertahanan (alutsista). Proses ini disebut program Engineering Manufacture Development (EMD) dan diperkirakan rampung pada 2026.
"Pelaksanaan program sampai saat ini berjalan dengan baik dan lancar karena sesuai dengan main schedule serta alokasi dana," kata Anne Kusmayati, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan, dalam jumpa pers di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat, 28 Juli 2017.
Baca: Jokowi: Saya Ingatkan, Tak Ada Toleransi Praktek Korupsi Alutsista
Jet tempur KFX/IFX adalah pesawat semi siluman generasi 4.5 yang dikembangkan Korea Selatan dan Indonesia. Pesawat ini disebut akan menyaingi jet tempur F-22 dan F-35 karena harga jual yang relatif lebih rendah karena secara kemampuan masih berada di bawah. Pesawat ini juga diharapkan bisa ditempatkan di berbagai pulau di tanah air untuk menjaga kedaulatan wilayah.
Baca: 4 Anggota TNI Tersangka Korupsi Heli AW 101, Ada Kolonel FTS
Pengembangan jet tempur ini memang awalnya dilakukan Korea Selatan sejak 15 tahun lalu. Namun pada 2015 dibuat kesepakatan antara pemerintah Korea Selatan dengan Indonesia untuk mengembangkan jet tempur ini secara bersama-sama. Kesepakatan kerjasama strategis (strategic cooperation agreement) program ini dilakukan pada 4 Desember 2015. Sementara kesepakatan cost sharing dilakukan pada Januari 2016.
Dalam kesepakatan itu, Indonesia menanggung biaya program pengembangan sebesar 20 persen, sementara Korea Selatan 80 persen. Dalam 10 tahun pengembangan yang akan dilakukan hingga 2026, total biaya yang ditanggung Indonesia mencapai Rp 21,6 triliun. Sementara kesepakatan penugasan kerja (work assignment agreement/WAA) dilakukan pada januari 2016.
Sesuai dengan WAA antara PT Dirgantara Indonesia dengan Korea Aerospace Industries (KAI), PT DI akan mendapatkan porsi 1223 man-year di Korea dan 217 man-year di Indonesia berupa engineering work package (EWP) dan airframe component manufacture (ACM).
"Saat ini PT DI telah mengirim 81 insinyur ke KAI di Sacheon City untuk mendapatkan pembekalan tentang sistem dan standard prosedur kerja di KAI," kata Anne.
Anne mengatakan keterlibatan Indonesia pada pengembangan alutsista berupa jet tempur ini berkaitan dengan rencana strategis TNI AU tentang kebutuhan pesawat tempur. Ini juga upaya Indonesia meninglatkan kemandirian teknologi nasional, serta meningkatkan kemampuan industri pertahanan nasional.
AMIRULLAH SUHADA