TEMPO.CO, TABANAN - Mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama memilih mengisi hari ketiganya di Bali dengan pergi ke Desa Jatiluwih, Tabanan. Selain mengobrol dan berfoto bersama petani, Obama menyempatkan diri berkunjung ke Pura Subak. Kedatangannya bertepatan dengan pelaksanaan Festival Jatiluwih.
Kunjungan Obama sebenarnya terbilang mendadak. Manajer Operasional Daya Tarik Wisata Jatiluwih I Nengah Sutirtayasa mengaku baru dikontak tim Obama pukul 10.00 WITA, Minggu, 25 Juni 2017. Namun Obama baru tiba pukul 15.30 WITA dan berada di sana sekitar dua jam. Banyak hal yang dilakukan obama bersama rombongan di sana, termasuk menikmati jalur (tracking) sepanjang lebih kurang 500 meter mengelilingi area persawahan.
Baca Juga:
SIMAK: Keramahan Obama Saat Kunjungi Museum Seni di Bali
Mantan presiden Amerika itu mengelilingi area (tracking) selama hampir satu jam. Aktivitas Obama itu mengundang wisatawan lain. "Wisatawan yang lain menunggu mau melihat kedatangan," katanya, Minggu, 25 Juni 2017.
Apa yang membuat Obama menyukai Jatiluwih? Desa wisata di Tabanan, Bali ini memang istimewa dan menawan. Desa dengan yang dikenal dengan persawahan terasering Jatiluwih di Kecamatan Penebel, Tabanan, Bali ini masuk dalam warisan budaya dunia yang ditetapkan United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada 2012.
Pemandangan yang selalu mengesankan di area subak di Jatiluwih adalah padi kuning berkilauan yang menghampar di sawah berundak, yang dibelah kelok sungai. Pemandangan itu dilatarbelakangi tiga gunung dengan ketinggian di atas 2.000 meter: Batukaru, Sangyang, dan Poohen. Para petani yang sibuk memanen atau sedang bercocok padi kerap menjadi pemandangan mempesona para turis, seperti Obama.
SIMAK: Main ke Jatiluwih, Obama Bawa Pulang 2,5 Kilo Beras Merah
Suasana kawasan Jatiluwih, Tabanan, Bali, yang meliputi wilayah seluas 303 hektare itu sesuai dengan arti namanya, yakni keindahan yang sejati. Sudah lama kawasan yang berjarak sekitar 70 kilometer dari Denpasar ini dikenal sebagai daerah penghasil beras merah. Karena keunikannya sering disebut pula sebagai beras "dewa". Selain jenisnya yang pulen, kadar gulanya sangat rendah serta sangat tinggi vitamin dan mineral.
Para petani Jatiluwih menanamnya dengan cara yang natural, warisan turun-temurun yang terus dilestarikan. Terasering yang sangat rapi sejatinya merupakan kearifan untuk membagi air secara merata bagi semua petak sawah. Produksi padi beras merah dari Jatiluwih setiap tahun lebih dari 1,515 ton dengan perhitungan lima ton per hektare. Dari jumlah itu, mampu dijual sekitar 711 ton setelah dikurangi dengan kebutuhan konsumsi penduduk.
Lihat video: Sunrise di Jatiluwih
WDA | BRAM SETIAWAN