TEMPO.CO, Samarinda – Panglima Komando Daerah Militer VI/ Mulawarman Mayor Jenderal Sonhadji memastikan sampai saat ini tak ada milisi Maute di Marawi, Filipina yang kabur atau menyusup ke Indonesia. Namun ia tak memungkiri penyusupan bisa terjadi, terutama jika milisi kehabisan logistik.
“Mereka itu kelompok Maute yang bergabung dengan sisa-sisa pelarian dari Timur Tengah, jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), di mana saat ini tentara Filipinan lagi gencar mendesak dan menyerang mereka,” kata Sonhadji di Samarinda, Selasa 6 Juni 2017.
Baca: ISIS, Abu Sayyaf, dan Maute Mau Dirikan Provinsi ISIS di Mindanao
“Ada saatnya mereka akan butuh logistik dan akan kekurangan karena terus digempur. Ke mana larinya? Kalau tidak ke kita (Kalimantan) atau ke Maluku Utara,” tuturnya.
Untuk mengantisipasi pelarian kelompok Maute dari Pulau Mindanau ke wilayah Indonesia, TNI melakukan penjagaan dan pengawasan ketat di perbatasan kedua negara.
Simak: Umat Muslim Lindungi Warga Kristen Marawi dari Kelompok Maute
“Kita tingkatkan intensitas patroli. Sweeping jalur tikus (di wilayah perbatasan Indonesia Filipina) terutama kapal speedboat yang melintas,” kata Sonhadji.
Dekatnya jarak antara Marawi dan Indonesia, menurut Sonhadji hanya berkisar 4 jam saja melalui jalur laut. Untuk itu dia akan meningkatkan intensitas patroli, sinergi antar instansi untuk melakukan pemeriksaan ketat termasuk di Pelabuhan di wialayah perbatasan.
Lihat: Ini Profil Kelompok Maute, Pelaku Serangan Marawi
”Seluruh aparat Kodim hingga Babinsa harus memonitor desa masing-masing untuk mempersempit ruang gerak adanya kemungkinan penyusup masuk,” kata Sonhadji.
Hingga saat ini, ada 700 personil TNI di wilayah perbatasan, tepatnya di Kalimantan Utara. Belum ada penambahan personil, hanya peningkatan aktivitas penjagaan untuk antisipasi masuknya milisi Maute.
SAPRI MAULANA