Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengikuti Ritual Cera Labu, Selamatan Laut Suku Bugis

image-gnews
Pria membawa balok kayu di pantai Tanjung Bira, Bulukumba, Sulawesi Selatan (2/5). Pinisi adalah kapal layar tradisional kayu bertiang dua, dikenal sebagai transportasi laut tradisional di kalangan masyarakat Bugis selama berabad-abad. (Agung Parameswara/Getty Images)
Pria membawa balok kayu di pantai Tanjung Bira, Bulukumba, Sulawesi Selatan (2/5). Pinisi adalah kapal layar tradisional kayu bertiang dua, dikenal sebagai transportasi laut tradisional di kalangan masyarakat Bugis selama berabad-abad. (Agung Parameswara/Getty Images)
Iklan

TEMPO.CO, Dompu - Masyarakat suku Bugis yang berasal dari Pulau Sulawesi terkenal sebagai masyarakat perantau. Mereka hidup berkelompok dalam suatu wilayah dan lazimnya hidup dipinggir laut, karena masyarakat Bugis adalah pelaut.

Bugis saat ini bisa dikatakan sudah menyebar kesegala penjuru dunia, dan membentuk kelompok-kelompok organisasi kebugisan. Di media sosial seperti Facebook sudah ada akun masyarakat Bugis yakni "Bugis sedunia".

Di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat pun masyarakat Bugis sudah ratusan tahun hidup terutama di Desa Soro, Kecamatan Kempo, sekitar 20 kilometer dari pusat kota. Bahkan ditengah kota Dompu, ada salah satu lingkungan namanya Kampung Bugis, keturunan mereka berasal dari Bugis.

Baca juga:

202 Bendera Merah-Putih Akan Ditancapkan Di Puncak Tambora

Suku Bugis adalah potret masyarakat yang agamis, mayoritas mereka beragama Islam. Selain beragama, suku Bugis memiliki nilai-nilai adat dan budaya yang terkenal dan cukup kental, salah satunya tradisi "Cera Labu".

Pelaksanaan Cera Labu dilakukan dengan cara pembuangan sesajen berupa kepala kerbau dan pernak-perniknya ke laut oleh tokoh adat atau kepala suku.

Tradisi ini sudah sejak lama dilakukan, dan sudah berumur ratusan tahun. Biasanya digelar pada bulan April sekitar tanggal minggu pertama tiap tahun, menjelang perayaan hari jadi Kabupaten Dompu sekaligus memperingati meletusnya Gunung Tambora yang pada setiap 11 April.

Ritual Cera Labu adalah bentuk selamatan laut yang dilakukan ketika para nelayan kurang mendapatkan rezeki saat melaut. Dengan ritual Cera Labu, diharapkan bisa mendatangkan rezeki yang lebih banyak untuk kesinambungan kehidupan para nelayan selanjutnya.

Ritual Cera Labu tahun ini dilaksanakan pada Selasa, 4 April 2017, di Desa Soro, Kecamatan Kempo, yang dihadiri hampir seluruh pejabat lingkup Pemkab Dompu dan jajaran forum koordinasi pimpinan daerah.

Tradisi Cera Labu dilaksanakan merupakan bagian dari rangkaian event Festival Pesona Tambora (FPT), dan Bupati Dompu H. Bambang M. Yasin didaulat memimpin ritual sakral tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rangkaian ritual Cera Labu, sehari sebelumnya diawali dengan merakit Kepala Kerbau dan dimasukan kedalam tempat khusus oleh penghulu adat. Penghulu adat harus dari keturunan Ua Kuda. Diketahui keturunan Ua Kuda berasal dari tanah Bugis, Makassar Sulawesi.

Sehari setelah itu, acara seremonial yakni penyambutan bupati beserta undangan dengan tarian adat, kemudian pemakaian sarung dan topi adat oleh penghulu adat terhadap Bupati dan Wakil Bupati serta pengalungan kalung Bunga kepada Bupati dan Wakil Bupati.

Kemudian dilanjutkan dengan pengantaran dan pelemparan sesajen ke tengah laut, dalam hal ini dilakukan oleh Ketua Adat atau yang ditujuk.

Keyakinan nelayan Bugis selama ini, jika Kepala Kerbau yang dilempar tersebut berputar-putar lalu tenggelam, maka ritual tersebut berhasil dan rezeki akan berlimpah. Namun jika Kepala Kerbau tidak tenggelam atau mengapung, maka tidak akan ada rezeki.

Kepercayaan lain, selain tidak adanya rezeki, mengapungnya kepala Kerbau ternyata akan membawa malapetaka atau bencana, dan kejadian yang pernah ada bahwa kegagalan ritual Cera Labu memakan korban meninggal dunia. Hal itu terjadi karena yang melempar kepala Kerbau adalah orang yang salah. Keyakinan itu masih sangat kental hingga saat ini.

Dan, ketika kepala Kerbau yang dilempar langsung tenggelam, artinya akan banyak rezeki bagi masyarakat nelayan Bugis yang hidup dipesisir laut Soro.

AKHYAR M. NUR

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

3 Taman Laut Nasional Thailand Dibuka untuk Wisatawan Selama 6 Bulan

10 hari lalu

Similan Island, Thailand. Unsplash.com/Valeria Hutter
3 Taman Laut Nasional Thailand Dibuka untuk Wisatawan Selama 6 Bulan

Pemerintah Thailand menerapkan sistem buka tutup untuk pengunjung taman laut nasional dengan periode enam bulan


Mengenali Ikan Todak, Spesies Laut yang Bermoncong Pipih Panjang

11 hari lalu

Ilustrasi ikan todak. Shutterstock
Mengenali Ikan Todak, Spesies Laut yang Bermoncong Pipih Panjang

Turis Italia tewas tertusuk ikan todak saat berselancar di perairan Kepulauan Mentawai


Pencemaran Laut Jakarta Makin Mengkhawatirkan, Peneliti BRIN: Perlu Perhatian Cagub dan Cawagub

14 hari lalu

Sampah mengotori garis Pantai Cilincing, Jakarta, Indonesia, 26 November 2018. Sampah plastik mendominasi garis Pantai Cilincing. LSM World Wild Fund for Nature (WWF) Indonesia menilai masalah pencemaran sampah plastik di laut Indonesia sudah bisa disebut sebagai darurat sampah plastik. REUTERS/Willy Kurniawan
Pencemaran Laut Jakarta Makin Mengkhawatirkan, Peneliti BRIN: Perlu Perhatian Cagub dan Cawagub

Penanganan pencemaran laut Jakarta juga perlu melibatkan dua gubernur dari provinsi tetangga Jakarta.


Di Portugal, Turis Pipis di Laut Bisa Kena Denda Hampir Rp13 Juta

27 hari lalu

Ilustrasi pantai. REUTERS/Edgar Su
Di Portugal, Turis Pipis di Laut Bisa Kena Denda Hampir Rp13 Juta

Pipis sembarangan di darat pun dilarang di Portugal, tapi mudah diketahui. Lalu, bagaimana mengetahui turis yang kencing di bawah air laut?


Hal Menarik Pulau Biawak, Destinasi Wisata Bahari di Indramayu

35 hari lalu

Seekor biawak terdapat dibibir pantai Pulau Biawak, di Laut Jawa Indramayu, Jawa Barat. 26 Juni 2014. Pulau ini semula bernama pulau rakit dan telah dirubah nama menjadi Pulau Biawak karena terdapat penangkaran alami biawak. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Hal Menarik Pulau Biawak, Destinasi Wisata Bahari di Indramayu

Pulau ini awalnya bernama Pulau Rakit, namun karena dihuni banyak sekali biawak, pulau itu dijuluki Pulau Biawak.


Alasan Singapura Butuh Pasir Laut Indonesia

43 hari lalu

Pekerja saat membersihkan tumpahan minyak di Pantai Tanjong di Sentosa, Singapura 16 Juni 2024. Minyak juga terlihat di perairan sekitar Sister's Islands Marine Park, kawasan perlindungan laut seluas 400.000 meter persegi. REUTERS/Edgar Su
Alasan Singapura Butuh Pasir Laut Indonesia

Indonesia pernah menjadi pemasok pasir laut terbesar bagi Singapura. Saat ekspor pasir dihentikan, proyek reklamasi Singapura tersendat.


China Kembali Impor Makanan Laut dari Jepang Usai Pembuangan Limbah Fukushima

45 hari lalu

Pedagang menyiapkan makanan laut untuk dijual di Pasar Luar Tsukiji di Tokyo, Jepang, 12 Agustus 2024. REUTERS/Willy Kurniawan
China Kembali Impor Makanan Laut dari Jepang Usai Pembuangan Limbah Fukushima

China akan "secara bertahap melanjutkan" impor makanan laut dari Jepang, menyusul pelepasan air limbah radioaktif dari PLTN Fukushima


Jokowi Buka Ekspor Pasir Laut, Pengamat: Mengingkari Janji Pelestarian Laut

48 hari lalu

Jokowi Kembali Izinkan Ekspor Pasir Laut, Pengamat Soroti Minimnya Diskusi dengan Nelayan dan Warga Lokal
Jokowi Buka Ekspor Pasir Laut, Pengamat: Mengingkari Janji Pelestarian Laut

Pembukaan ekspor pasir laut yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Jokowi dianggap sebagai pengingkaran janji Jokowi untuk melestarikan laut.


Sandiaga Uno Klaim Ekspor Pasir Laut Tidak akan Ganggu Destinasi Wisata

48 hari lalu

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. TEMPO/Hammam Izzuddin
Sandiaga Uno Klaim Ekspor Pasir Laut Tidak akan Ganggu Destinasi Wisata

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno klaim bahwa tidak akan ada destinasi wisata yang terusik oleh program ekspor pasir laut.


Menebus Dosa Kepada Laut

51 hari lalu

Warga melintas di samping kapal yang bersandar di laut yang tercemar sampah plastik di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu, 28 November 2018. Berdasarkan data Badan Pusat Statik (BPS), Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah plastik per tahun dengan 32 juta ton di antaranya mengalir ke laut. ANTARA/Reno Esnir
Menebus Dosa Kepada Laut

Kelompok nelayan yang menghormati alam menggunakan rangkaian ban bekas untuk menjebak sampah di laut