TEMPO.CO, Bandung - Ada kebaruan dari ajang penghargaan Hadiah Sastra Rancage kali ini dengan masuknya buku-buku sastra modern berbahasa Using khas Banyuwangi, Jawa Timur. Meski begitu, menurut Ketua Yayasan Kebudayaan Rancage Rahmat Taufiq Hidayat, karya sastra berbahasa Using masih menjadi perdebatan.
“Apakah termasuk sebagai bahasa Jawa atau bukan, kami serahkan ke ahlinya,” kata Taufiq, Rabu, 1 Februari 2017.
Baca juga: Ahok Minta Maaf, Luhut Kapolda dan Pangdam Temui Ketua MUI
Menurut Taufiq, buku-buku karya sastra modern berbahasa Using terpantau cukup banyak yang terbit sejak 2013. Sesuai dengan salah satu persyaratan penilaian, buku sastra bahasa daerah perlu memiliki konsistensi penerbitan setiap tahun sebagai karya baru dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Saat ini, buku sastra berbahasa Using tengah dinilai Sri Widati yang selama ini menjadi juri karya sastra Jawa dalam ajang penghargaan Hadiah Sastra Rancage.
Menurut Taufiq, selama ini, Yayasan Kebudayaan Rancage menggolongkan karya sastra berdasarkan bahasa daerah yang diakui para ahli, seperti bahasa Sunda, Jawa, Bali, Lampung, Batak, atau Banjar Kalimantan.
Bahasa Using, seperti wacana karya sastra berbahasa Cirebon, kata Taufiq, masih menjadi perdebatan. “Kalau sastra Cirebon sejauh ini belum ada yang masuk,” kata Taufiq.
Yayasan Kebudayaan Rancage sejak 1989 memberikan penghargaan Hadiah Sastra bagi karya tulisan sastra modern berbahasa daerah, mulai bahasa Sunda, kemudian Jawa, hingga Bali, serta menilai karya berbahasa daerah lain di Indonesia.
Selain itu, penghargaan diberikan kepada orang atau lembaga yang dinilai berjasa dalam pengembangan bahasa dan sastra daerah serta bagi penulis buku bacaan anak berbahasa Sunda.
ANWAR SISWADI