TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik, Boni Hargens, mengatakan Islam toleran turut menjadi ruh pembentuk bangsa Indonesia jauh sebelum Sumpah Pemuda digaungkan.
"Keindonesiaan tidak lepas dari keislaman dan Islam merupakan ruh pembentuk bangsa Indonesia jauh sebelum sumpah pemuda 1928. Namun Islam yang mana, yaitu Islam yang inklusif, yang toleran," ujar Boni dalam Diskusi Nasional bertema Merawat Keindonesiaan yang diselenggarakan Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) di Jakarta, Selasa, 24 Januari 2017.
Boni menuturkan, begitu Indonesia merdeka pada 1945, muncul gagasan pembentukan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter yang mengubah Pancasila. Boni melanjutkan, saat itu, kelompok Islam lah yang justru berupaya mempertahankan rumusan-rumusan Pancasila asli. Belakangan, kata Boni, muncul kekacauan yang disebabkan kelompok garis keras dan radikal yang ingin menghancurkan keindonesiaan dengan mengambil momentum dalam kasus Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Kelompok itu, menurutnya, menjadikan Basuki sebagai kuda troya dalam upaya pembentukan NKRI syariah.
"Kalau ada yang mau mengembalikan rumusan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta, mau membentuk NKRI syariah, berarti dia tidak tahu sejarah. Perlu dipahami bahwa pelaku kekacauan akhir-akhir ini bukanlah kelompok Islam, tapi kelompok garis keras," tutur Boni.
Boni berharap kelompok garis keras yang ingin membangun NKRI syariah dapat menjelaskan konsep Pancasila dan NKRI yang diperjuangkan. Sebab, kata dia, jika kelompok itu ternyata memiliki konsep yang berbeda dengan Pancasila yang telah dilahirkan pendiri bangsa, kelompok itu patut dipandang menjadi musuh bersama bangsa Indonesia.
ANTARA