TEMPO.CO, Malang -Sejumlah komunitas di Malang mendeklarasikan kampanye antihoax, Sabtu malam 7 Januari 2017. Terdiri dari polisi, legislator, akademisi, organisasi pers, organisasi masyarakat dan pegiat sosial media. Deklarasi dilakukan usai diskusi tsunami media sosial yang diselenggarakan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Penguru Daerah Jawa Timur.
"Selama ini banyak sekali konten tak sehat berisi fitnah, menghasut dan berita bohong bertebaran di sosial media," kata Ketua Pengda IJTI Jawa Timur, Hendro Sumardiko. Gerakan ini akan melibatkan seluruh pihak untuk menguatkan literasi media. Mulai di kelompok pelajar, mahasiswa, dan orang tua untuk mendidik anaknya agar tak keliru dalam pergaulan di dunia maya.
Sekretaris Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang, Abdul Malik menjelaskan AJI Malang telah melakukan literasi media di kampus. Melalui mahasiswa pers kampus dan juga melibatkan komunitas mahasiswa. Caranya dengan diskusi, dan memberikan literasi media sejak dini. "Pengguna media sosial paling banyak remaja," katanya.
Pakar komunikasi dari Universitas Brawijaya Malang, Anang Sujoko menilai gerakan literasi yang dilakukan di Malang akan memberikan dampak positif. Jurnalis melalui media akan membangun opini, akademisi memiliki kompetensi menggerakkan masyarakat untuk menggunakan media sosial dan membuat konten sehat. Sementara NU dan Muhammadiyah memiliki jaringan sampai di tingkat kelurahan atau desa.
"Literasi media yang utama di keluarga. Kuncinya di rumah," katanya. Untuk itu, sasaran utama selain kelompok anak muda juga orang tua yang memiliki anak pengguna media sosial. Mengenalkan sumber informasi yang benar, memilah dan memilih informasi dan pergaulan di media sosial.
Ketua Komisi Penelitian, Pendataan dan Ratifikasi Dewan Pers Indonesia, Ratna Komala menilai telah terjadi tsunami sosial media. Masyarakat harus berdaya untuk melawan dengan konten yang sehat. Sayangnya ada media arus utama yang mengutip berita di sosial media. "Celakanya berita itu dikutip media asing," ujarnya.
Sementara Anggota DPR Komisi III Moreno Suprapto mengajak masyarakat untuk menyeleksi informasi yang didapat. Tak langsung membagi informasi yang tak jelas dan menyesatkan. "Kita harus bijak, dan pandai memilih sumber informasi," ujarnya.
EKO WIDIANTO
Simak juga:
Kongres Tahunan, Ini 5 Masalah yang Harus Diselesaikan PSSI
Para Mantan Kapten Timnas Diundang di Kongres PSSI
Bonek Janji Jaga Ketertiban Kongres PSSI Bandung