TEMPO.CO, Batu - Sebanyak 22 Daerah Aliran Sungai (DAS) kritis akibat kerusakan kawasan hulu. Kerusakan itu akibat alih fungsi lahan dan pembalakan liar. DAS kritis salah satunya berada di Jawa. "Banjir di Bima, Garut dan Pati karena kerusakan kawasan hulu," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basoeki Hadimoeljono saat meninjau arboretum Sumber Brantas, kawasan hulu Sungai Brantas di Bumiaji, Batu, Jumat 6 Januari 2017.
Untuk mencegah kerusakan DAS, Menteri mengajak semua pihak menjaga arboretum tetap lestari dan menggalakkan usaha konservasi. Arboretum merupakan kawasan pelestarian tanaman langka.
Menteri mengingatkan ancaman kerusakan kawasan hulu Brantas akibat pola tanam sayuran di lereng Gunung Arjuna. Para petani tidak menggunakan pola terasiring sehingga tanah rawan longsor dan menyebabkan sedimentasi DAS Brantas. "Beruntung DAS Brantas ada komunitas pecinta sungai," katanya.
Kementerian Pekerjan Umum, katanya, telah bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan reboisasi kawasan hutan penyebab banjir dan tanah longsor. Selain itu, dibangun sejumlah cek dam untuk mencegah sedimentasi.
Sekretaris Perusahaan Jasa Tirta 1, Zainal Alim menjelaskan sejumlah sub DAS kritis akibat penebangan ilegal. Dampaknya terjadi sedimentasi besar-besaran di DAS Brantas. Setiap tahun dilakukan pengerukan sedimen sebanyak 100 meter kubik hingga 400 meter kubik. Sedimen memenuhi Waduk Karangkates, Selorejo, Wlingi dan Lodoyo.
Berbagai langkah dilakukan untuk mengendalikan kerusakan kawasan hulu Brantas. Seperti usaha konservasi di arboretum sumber Brantas. "Penambangan pasir ilegal di Kediri, Mojokerto, dan Jombang juga merusak DAS," ujar Zainal.
Arboretum Total di lahan seluas 12 hektare ditanami 3.200 batang pohon dari 37 jenis. Di kawasan dengan tinggian 1.560 meter di atas permukaan laut ini keluar sumber mata air Brantas dengan debit 2,5 liter per detik. Debit air itu stabil, meski kemarau sekalipun.
EKO WIDIANTO