TEMPO.CO, Bojonegoro -- Sudah dua orang meninggal akibat tenggelam di banjir luapan Sungai Bengawan Solo, di Bojonegoro dalam sepekan.
Pertama, mayat perempuan yang mengambang di Desa Trucuk, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro, pada Kamis sore 1 Desember 2016. Jasad perempuan yang dikenal identitasnya itu, terlihat mengambang dengan posisi tertelungkup, di pinggir antara Sungai Kening dengan Sungai Bengawan Solo. Ciri-cirinya, usia sekitar 34 tahun, menggunakan celana dalam warna pink, dan pakaian dalam atas warna hijau.
Warga melaporkan ke Kepolisian Sektor Trucuk dan kemudian berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro. "Korban sudah dievakuasi ke kamar mayat Rumah Sakit Umum Daerah Sosodoro Djatikusumo, Kamis sore," ujar Kepala BPBD Bojonegoro, Andi Sujarwo, Kamis 1 Desember 2016.
Saat jenazah ditemukan warga, Sungai Bengawan Solo berstatus siaga merah alias siaga III dengan Tinggi Muka Air 15.07 phielschaal. Kecamatan Trucuk dan sekitarnya termasuk daerah terdampak banjir, di antaranya di Desa Sumbangtimun, dengan ketinggian banjir rata-rata satu meter.
Sebelumnya , Ahmad, 11 tahun, siswa kelas lima Sekolah Dasar tenggelam setelah terseret banjir saat bermain di irigasi Desa Lengkong, Kecamatan Balen, Bojonegoro, Minggu 27 November 2016.
Korban bersama temannya, Farhan, bermain di tanggul Desa Lengkong, Kecamatan Balen. Naas, saat bermain air, korban terseret dan tenggelam di saluran irigasi pinggir tanggul dengan kedalaman sekitar dua meter. Sedangkan, Farkan, rekannya berhasil menyelamatkan diri.
“Korban terpeleset dan masuk irigasi,” ujar Kepala Desa Lengkong, Aris Kusliyanto pada Tempo Minggu 27 November 2016. Dia menyebut, saat kejadian jalan di Desa Lengkong, direndam banjir luapan Sungai Bengawan Solo.
SUJATMIKO