TEMPO.CO, Lamongan - Bekas kombatan Afghanistan dan Moro Ali Fauzi, 46 tahun meragukan kematian milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) asal Pasuruan, Jawa Timur, Abu Jandal alias Salim Mubarak Atamimi. Ali menilai jika misalnya ABu Jandal masih hidup, Abu Jandal tidak akan berani pulang. “Saya meragukan kematiannya,” ujarnya saat dihubungi Tempo, Rabu, 9 November 2016.
Ali Fauzi juga menyatakan sudah meminta tolong kawan-kawannya untuk mengecek ke rumah keluarganya di Pasuruan, Jawa Timur. Tapi, beritanya memang masih bersifat tanda tanya dan ragu-ragu. Karena, sebagai mantan kombatan di Afghanistan, berita seperti ini biasanya langsung dan mudah diterima. Termasuk berita kematian Abu Jandal.
Karena itu, pria kelahiran Solokuro, Lamongan ini, masih menunggu sumber berita yang jelas. Datanya dari mana, dan tidak kemudian asal-asalan menerima sepihak. Apalagi, berita soal kematian Abu Jandal ini, tidak hanya satu-dua kali diterimanya. Tetapi sudah berkali-kali sehingga perlu ada pendalaman yang benar. “Saya ikut cek kawan di Syiria, dan ternyata mereka masih,” tuturnya.
Menurut Ali Fauzi, bisa saja berita kematian Abu Jandal itu bohong dan kemudian dengan sengaja disebarluaskan oleh pihak-pihak tertentu. Dan tujuannya tentu untuk menghapus jejak rekamnya bila suatu saat pulang ke Indonesia. Karena, kalaupun masih hidup, lanjutnya, Abu Jandal tidak akan berani pulang. “Risikonya panjang,” imbuhnya.
Sebelumnya, Salim Mubarak Atamimi alias Abu Jandal, milisi Negara Islam Irak dan Syiria (ISIS) asal Pasuruan, Jawa Timur, yang dikabarkan meninggal di Mosul, Irak, dikenal keluarganya sebagai pribadi yang pendiam. "Salim orangnya pendiam," kata kakak Salim, Yayak Fauziah Fauzi, Rabu, 9 November 2016.
Meski pernah serumah, kata Fauziah, adiknya tersebut jarang berbicara kepada keluarga. Keduanya kini tinggal di Surabaya dan Jakarta. Salim memiliki tiga saudara. Ia anak paling bungsu. Sedangkan Fauziah adalah saudaranya paling tua. "Laki-laki semua, kecuali saya," katanya.
Fauziah mengatakan sejak Salim pindah ke Malang 10 tahun lalu, pihak keluarga tidak mengetahui lagi kabar adiknya tersebut. "Sejak pindah ke Malang kami hilang kontak," katanya. Di Malang, kata dia, adiknya tinggal bersama istri dan keenam anaknya.
Meski kehilangan kontak, Fauziah menambahkan, adiknya diketahui pergi ke membawa istri dan keenam anaknya. "Kapan dia ke sana kami tidak tahu," katanya. Sebelum pindah ke Malang, dari kecil hingga menikah, adiknya itu tinggal di rumah yang sekarang ia tinggali.
Dari pengamatan Tempo, rumah Fauziah di perkampungan Arab di Jalan Irian Jaya A/33, Kelurahan/Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur. Keluarga Fauziah merupakan keturunan Arab. Dari paspor Salim yang beredar, ia lahir di Pasuruan pada 25 Agustus 1977.
SUJATMIKO