TEMPO.CO, Semarang - Pabrik Semen di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, siap beroperasi pada 2017 untuk memenuhi kebutuhan semen di Jawa Tengah dan Jawa Barat yang sebelumnya disuplai dari Tuban. Menurut PT Semen Indonesia, proses pembangunannya saat ini sudah mencapai 95 persen. “Tahun ini pabrik Rembang dan Padang selesai, tahun depan mulai dioperasikan,” kata Kepala Biro Komunikasi PT Semen Indonesia Sigit Wahono, Jumat, 7 Oktober 2016. Dia menjelaskan, tahapan 95 persen pembangunan pabrik itu sudah pada proses finalisasi dengan target operasional tentatif.
Pabrik semen di Kabupaten Rembang menempati lahan seluas 55 hektare, sedangkan luas tambang mencapai 450 hektare. Pabrik itu mampu berproduksi selama 130 tahun dengan rata-rata produksi mencapai 3 juta ton per tahun. Adapun nilai investasi pabrik semen di Rembang tersebut mencapai Rp 4,5 triliun. “Dengan beroperasinya pabrik di Rembang, produksi pabrik Tuban dialihkan ke timur Bali, Nusa Tenggara,” kata Sigit menjelaskan.
Dalam kegiatan operasional pabrik Semen Rembang diperlukan listrik 150 megawatt yang masih disuplai PT PLN. Hal itu berbeda dengan pabrik semen di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yang sebagian sudah mandiri menggunakan suplai listrik dari kekuatan tenaga panas cerobong operasional pabrik.
Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Agung Wiharto menyatakan berdirinya pabrik semen Rembang akan mengurangi beban suplai kebutuhan semen di Pulau Jawa yang tercatat mencapai 56,5 persen dari total kebutuhan semen nasional yang mencapai 29,5 juta ton pada semester I tahun 2016. “Di Jawa kebutuhan semen tertinggi dibanding daerah lain,” katanya.
Catatan menunjukkan, selain di Jawa, kebutuhan semen urutan kedua terjadi di Pulau Sumatera, yang mencapai 22 persen. “Di luar itu, kebutuhan enam bulan tahun ini relatif kecil,” ujar Agung.
Tercatat kebutuhan semen di Sulawesi hanya 7 persen; Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara masing-masing 6 persen. Sedangkan kebutuhan semen terendah masih terjadi di Papua dan Maluku, hanya 1,8 persen.
Agung menyebutkan, kebutuhan salah satu bahan utama pembangunan di semester awal tahun 2016 itu meningkat 3,1 persen dari periode sama tahun 2015 sebanyak 28,6 juta ton. Ia memastikan tingginya kebutuhan semen itu tak membuat PT Semen Indonesia mengekspor ke luar negeri. “Kecuali ada kelebihan produksi,” katanya.
Catatannya menunjukkan pada 2015 Indonesia masih mengimpor semen hingga 2 juta ton meski produksi nasional mencapai 62 juta ton. Menurut Agung, 99 persen semen yang diproduksi perusahaannya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sisanya diekspor ke negara Timor Leste.
EDI FAISOL