TEMPO.CO, Samarinda - Sampai saat ini, kapal tarik alias tugboat (TB) Berau Coal 118 masih belum pulang ke Indonesia. Kapal dengan sebelas kru itu masih berlabuh di perairan Filipina hingga waktu yang belum bisa dipastikan.
"Kami masih terus menunggu jaminan dari otoritas keamanan Filipina," kata Muda Supriyanto, staf HRD PT Rusianto Bersaudara, Sabtu, 20 Agustus 2016. Awak kapal milik PT Rusianto lainnya, TB Charles, tengah disandera kelompok Abu Sayyaf.
TB Berau Coal berlayar ke Filipina membawa batu bara. Terakhir, kapal berlabuh di perairan Cebu. Kapal tarik itu berangkat dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada 4 Juni lalu. TB Berau Coal juga milik PT Rusianto Bersaudara, perusahaan pelayaran di Samarinda, Kalimantan Timur.
Menurut Muda, seharusnya kapal tersebut sudah kembali ke Samarinda sejak bulan lalu. Namun, karena munculnya kasus penyanderaan oleh kelompok bersenjata Abu Sayyaf, perusahaan memutuskan untuk tidak berlayar pulang. "Sampai sekarang kami masih menunggu itu untuk pulang," ujarnya.
Soal pengamanan berlayar, Muda mengaku belum mengetahui hingga teknisnya. Apakah nanti dikawal kapal perang Filipina atau ada sejumlah tentara yang ikut dalam kapal selama pelayaran menuju perbatasan perairan negara.
Setelah penyanderaan, pemerintah juga sudah melarang seluruh pelayaran ke Filipina. Kini, PT Rusianto Bersaudara hanya melayani pelayaran batu bara dalam negeri. "Sejak dilarang berlayar ke Filipina, kami hanya melayani pelayaran dalam negeri, di Kalimantan saja sudah sangat banyak permintaan," tuturnya.
FIRMAN HIDAYAT