TEMPO.CO, Jakarta - Kota Mataram dan sekitarnya digoyang gempa berkekuatan 5,6 skala Richter pada Senin, 1 Agustus 2016, pukul 07.40 waktu Indonesia tengah. Sumber gempa berasal dari kedalaman 18 kilometer dengan lokasi 8.23 Lintang Selatan dan 117.86 Bujur Timur atau 63 kilometer arah barat laut Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Warga sekitar Kelurahan Dasan Agung, Kota Mataram, yang sedang duduk merasakan goyangan tersebut selama belasan detik. “Saya duduk menempel di tembok ini merasa goyangannya,” kata Uspi, warga Presak Timur, Dasan Agung.
Menurut Kepala Stasiun Geofisika Mataram Agus Riyanto, goyangan gempa tersebut terasa di Denpasar IV MMI, di Sumbawa III-IV MMI, Mataram III MMI atau 2 SIG, dan Bima III MMI. “Beberapa dinding kantor Stasiun Geofisika BMKG Mataram retak,” ujarnya.
Penjelasan tertulisnya menyebutkan, melihat kedalaman hiposenternya, diyakini bahwa gempa bumi ini akibat aktivitas sesar aktif, bukan subduksi lempeng Indo-Australia. Sesar aktif yang dimaksud adalah sesar naik di Laut Flores, yang populer disebut sebagai Flores Back Arc Thrust. Sesar ini membujur di utara busur kepulauan Bali-Flores.
Sesar tersebut sangat aktif karena merupakan hunjaman balik dari bekerjanya sistem subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia.
SUPRIYANTHO KHAFID