TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani menghadiri puncak peringatan Hari Anak Nasional 2016 di Lapangan Sangkareang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada Sabtu, 23 Juli 2016.
Saat memberi sambutan, Puan bertanya tentang cita-cita anak-anak yang hadir dalam acara tersebut. "Siapa yang mau menjadi guru?" Namun yang terdengar bukan jawaban antusias anak-anak yang hadir. "Enggak mau," ujar seorang anak.
Ia pun mencari anak kecil yang menjawab itu. Cahya, anak yang memberi jawaban itu, maju menghampiri Puan ke atas panggung.
Puan bertanya kepada Cahya tentang alasan anak perempuan 11 tahun itu tidak ingin menjadi guru dan menanyakan cita-citanya. "Apa cita-citamu?" ucap Puan bertanya. Cahya secara spontan menjawab, "Jadi dosen. Kalau tidak, ilmuwan." Siswa kelas VI sekolah dasar pun menuturkan alasannya, ia mencintai mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Sontak, penonton tertawa dan bertepuk tangan.
Saat masih memberi sambutan, Puan dikejutkan oleh kedatangan dua anak yang tiba-tiba menerobos panggung dan menghampirinya. Dua anak itu, Rafal dan Fathur, yang masing-masing berusia 7 tahun, nekat menerobos pengamanan polisi.
Puan pun bertanya alasan mereka menerobos ke panggung. Dua bocah itu pun memberi jawaban yang tak terduga, "Mau beli es krim." Puan mengapresiasi keberanian mereka dengan memberi hadiah sepeda secara simbolis karena sepeda yang disiapkan telah habis.
Pembicaraan tentang cita-cita menjadi sambutan Puan mewakili Presiden Joko Widodo pada Hari Anak Nasional yang pertama kalinya digelar di luar Istana Kepresidenan. Di hadapan sekitar 3.000 peserta yang hadir, ia menyatakan keberadaan mereka penting sebagai harapan Indonesia pada masa depan.
Ia berharap acara ini tidak hanya seremonial, tapi juga membangkitkan kepedulian orang dewasa untuk menampung aspirasi anak. "Kelak dewasa, kalian harus memiliki karakter hebat sehingga menang dalam persaingan. Kalianlah yang mengubah masa depan anak Indonesia," tutur Puan.
ARKHELAUS W.