TEMPO.CO, Semarang - Banyaknya angka kematian ibu melahirkan di Jawa Tengah, kebanyakan di masa nifas. Sejak Januari hingga Mei ini mencapai 251 kasus. Pada 2014, sebanyak 711 kasus, dan 2015 turun menjadi 619 kasus.
Kepala bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Tengah Djoko Mardijanto menyatakan, ibu melahirkan yang meninggal di masa nifas 58 persen. "Adapun meninggal saat hamil 25 persen dan saat bersalin 17 persen," kata Djoko, saat menjadi pembicara Kongkow Bersama Blogger di Semarang, Senin, 30 Mei 2016.
Djoko menambahkan, penyebab kematian ibu melahirkan ada beberapa sebab. Di antaranya, pendarahan 21,14 persen, hipertensi 24,22 persen, infeksi 2,76 persen, gangguan sistem peredaran darah 8,52 persen, dan lain-lain 40,49 persen.
Tempat kejadiannya, justru kebanyakan di rumah sakit sebanyak 82 persen. Sisanya meninggal saat masih di rumah 10 persen, di jalan 7 persen, dan PUSK 1 persen. Djoko berharap, agar angka itu bisa ditekan seminimal mungkin. Menurut dia, jika persentase tempat meninggal ibu di rumah sakit maka itu menjadi indikasi baik.
Angka kematian bayi pada 2015 di Jawa Tengah mencapai 10 persen atau 5.571 kasus. Sedangkan angka kematian balita 11,64 persen atau 6.483 kasus.
Dinas Kesehatan Jawa Tengah mengaku sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan kematian ibu melahirkan. "Harus ditangani lintas sektor dengan dinas-dinas lain," katanya. Misalnya, dengan program penundaan usia perkawinan yang dilakukan bersama dengan dinas pendidikan.
Selain itu, ada revitalisasi posyandu, perbaikan rumah sakit, dan peningkatan kapasitas para dokter, dan lain-lain. Ada juga program integrasikan pelayanan KB, kesehatan reproduksi remaja dengan pelayanan kesehatan, atau kebidanan berkesinambungan.
Aktivis Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) Jawa Tengah, Adi Sarwanto, menyatakan angka kematian ibu/bayi di Jawa Tengah turun pada 2014 mencapai 711 kasus, dan 2015 sebanyak 619 kasus. Adapun untuk 2016 masih bisa mengkhawatirkan, karena angkanya terbilang tinggi, 251 kasus.
Adi menyatakan, ada banyak faktor penyebabnya, di antaranya kesiapan rumah sakit. Di Jawa Tengah, kata dia, hanya ada dua rumah sakit yang menyiapkan dokter kandungan 24 jam, yakni Rumah Sakit Dr Kariadi, Semarang, dan Rumah Sakit Tugurejo, Semarang.
Rumah sakit lainnya, kata dia, dokter kandungan hanya on call. “Rumah sakit sepakat dokter sudah siap 30 menit kemudian. Tapi faktanya, ada dokter yang baru datang setelah dua jam,” kata Adi dalam diskusi itu.
ROFIUDDIN