TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo tiba di Korea Selatan hari ini, Ahad, 15 Mei 2016. Pesawat Kepresidenan Indonesia yang membawa rombongan Presiden bersama para menteri tiba di Seoul, Korea Selatan, pukul 17.05 waktu setempat, setelah menempuh perjalanan hampir tujuh jam dari Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali.
Saat tiba di bandara Seongnam Air Base, Jokowi disambut Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Jhon A. Prasetio. Hadir pula Kepala Protokol Negara Korea Selatan, Choi, dan juga Menteri Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea Selatan, Kim Jong-deok, yang turut menyambut kedatangan presiden.
Menurut keterangan resmi dari staf Tim Komunikasi Presiden, Ari Dwipayana, dentuman meriam sebanyak 21 kali terdengar saat pintu pesawat Kepresidenan dibuka. "Hal itu menandakan bahwa kunjungan Presiden Jokowi ke Korea Selatan merupakan sebuah kunjungan kenegaraan," kata Ari.
Usai berjabat tangan dengan para pejabat Korea Selatan, Jokowi dan rombongan pun meninggalkan Seongnam Air Base untuk menuju hotel tempat mereka menginap selama berada di Korea. Di lobi hotel, Jokowi kembali disambut oleh Wakil Kepala Perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul, Cecep Herawan.
Pukul 18.30 waktu Korea Selatan, Presiden Jokowi didampingi Duta Besar Jhon bertemu dengan masyarakat Indonesia yang berada di Korea. Besok, Jokowi diagendakan akan melakukan pertemuan bisnis dan menandatangani tujuh nota kesepahaman.
"Yaitu mengenai kemaritiman, industri kreatif, antikorupsi, restorasi hutan gambut, teknologi pertahanan, kawasan ekonomi khusus, serta penelitian pengembangan energi dan mineral untuk energi bersih," ujar Ari.
Besok malam, rencananya Jokowi akan bertemu dengan Presiden Korea Selatan, Park Geun-Hye, di Istana Kepresidenan. Mereka pun akan melakukan jamuan makan malam kenegaraan sebagai penghormatan atas kedatangan Jokowi dan ibu negara, Iriana, ke Korea Selatan.
Menurut Ari, kunjungan Jokowi ke Korea Selatan memiliki arti penting bagi Indonesia, baik secara ekonomi maupun budaya. Secara ekonomi, Korea Selatan merupakan mitra strategis. "Yaitu sebagai mitra perdagangan keenam untuk ekspor dan keempat untuk impor serta termasuk negara yang berinvestasi terbesar kelima pada 2015," kata Ari.
Dalam bidang budaya, menurut Ari, hubungan Indonesia dan Korea Selatan juga sangat strategis. Banyaknya masyarakat Indonesia di Korea Selatan dapat menjadi agen promosi kebudayaan, baik dalam hal kesenian tradisional nusantara maupun kuliner. "Sebaliknya, budaya Korea seperti film, fashion, dan seni musik juga digemari oleh masyarakat Indonesia," ujarnya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI