TEMPO.CO, Bekasi - Presiden Joko Widodo mengumumkan pembebasan empat orang sandera asal Indonesia yang ditawan kelompok bersenjata di Filipina pada Rabu sore, 11 Mei 2016. Salah satu awak kapal tunda TB Henry yang disandera itu adalah Moch. Ariyanto Misnan.
Sebelum pembebasan diumumkan, ibunda Ariyanto, Melati Ginting, 52 tahun, mengaku punya firasat. "Hari ini rasanya beda. Saya makan cukup banyak," kata Melati di rumahnya, Taman Narogong Indah, Rawalumbu, Kota Bekasi, Rabu malam.
Baca juga:
Inilah 5 Hal yang Amat Mengerikan di Balik Tragedi Yuyun dan Feb
Pemerkosa Yuyun: Dibui 10 Tahun, Rok Jadi Bukti, Ini Mereka!
Padahal, kata ibu dari lima anak ini, sejak anaknya disandera pada 15 April 2016, ia tak doyan makan. Paling banyak, ia makan tiga sendok. "Biasanya lemas, enggak bisa makan," ujar Melati.
Hari ini ia mengaku seperti ada kontak batin dengan anak ketiganya itu. Jantungnya berdebar-debar, sehingga ia punya firasat jika anaknya akan segera pulang.
Rupanya, firasat itu terjawab. Pemerintah Indonesia mengumumkan pembebasan empat sandera, sore tadi. Ia mengaku lega, bahkan sampai menangis haru dan bersujud syukur begitu mendapat kabar anaknya telah bebas. "Kami sangat bersyukur anak saya bebas," kata Melati.
Pemerintah, melalui Kementerian Luar Negeri, resmi memberitahukan kepada keluarga ihwal pembebasan itu melalui sambungan telepon sekitar pukul 18.30 WIB. Sejam sebelumnya, pihak perusahaan juga mengabarkan hal yang sama. "Presiden Jokowi mau menjemput ke Filipina," kata Melati, menirukan perwakilan dari pemerintah.
Melati berterima kasih kepada Presiden Jokowi, Menteri Luar Negeri Retno, Panglima TNI, dan semua pihak yang membebaskan anaknya dari penyandera. Sebab, hampir sebulan anaknya berada di tengah hutan, bersama korban sandera lainnya, menjadi tawanan kelompok militan.
ADI WARSONO
Baca juga:
Pemerkosa Yuyun: Dibui 10 Tahun, Rok Jadi Bukti, Ini Mereka!
Inilah 5 Hal yang Amat Mengerikan di Balik Tragedi Yuyun dan Feby