TEMPO.CO, Bandung - Tenda terpal biru di belakang kandang tua compang-camping itu ternyata menyimpan rahasia memilukan. Seekor gajah Sumatera bernama Yani tergeletak tak berdaya di dalam tenda terpal setinggi dua meter tersebut.
Tak seperti umumnya gajah berusia 40 tahun, badan Yani terlihat kurus. Di sekitar matanya yang masih terbelalak terlihat basah dan berkerak, seperti habis menangis hebat menahan rasa sakit teramat sangat.
Napasnya terdengar tersengal-sengal, keempat kakinya lunglai tidak bergerak, hanya belalainya yang masih berusaha keras menggapai rerumputan di sekitarnya. Yani tengah meregang nyawa, menunggu kematian menjemputnya.
Dari sumber Tempo yang tidak mau disebutkan namanya, Yani sudah seminggu dipisahkan dari tiga gajah lainnya dari kandang gajah tua yang hampir ambruk itu. Yani ditelantarkan dan tidak diobati sama sekali.
Tak adanya pengobatan itu bukan tanpa sebab, tapi karena hingga saat ini tidak diketahui penyakit yang menyerang Yani. "Tidak ada diagnosisnya. Biasanya penyakit kaki gajah bengkak. Tapi tidak ada tanda-tanda itu," ujar orang dalam Kebun Binatang Bandung yang dikenal Tempo saat ditemui di Kebun Binatang Bandung, Jalan Taman Sari, Kota Bandung, Selasa petang, 10 Mei 2016.
Dalam ilmu kesehatan hewan, gajah atau hewan besar yang sakit seharusnya tidak boleh dibiarkan tidur atau tergeletak di tanah karena perut hewan tersebut akan kembung. Seharusnya, gajah yang sakit tetap ditopang untuk berdiri dengan alat khusus. Namun hal ini tak bisa dilakukan karena Kebun Binatang Bandung tidak memiliki alat itu. "Kembung menyebabkan gajah cepat mati," ujar sumber tersebut.
Ternyata belakangan diketahui Yani tidak mendapat perawatan medis yang seharusnya karena Kebun Binatang Bandung sudah tidak punya dokter hewan. Setiap malam, gajah betina yang tengah meregang nyawa ini hanya ditunggui oleh seorang pawang.
Bahkan sering kali setiap malam Yani mengeluarkan suara pilu, merintih kesakitan. Dengan kondisi sudah ambruk seperti ini, sumber Tempo memperkirakan, Yani paling banter hanya bertahan dua minggu. “Kemudian mati.”
PUTRA PRIMA PERDANA